Ada satu pertanyaan menarik. Apabila ditanyakan kepada setiap orang tua, siapa yang berharap anaknya saleh- salihah? Maka jawabnya semua orang tua pasti akan menjawab sama, yakni semua pasti berharap putra-putrinya saleh-salihah di masa mendatang. Karena keinginan yang kuat agar generasinya saleh, maka berbagai upaya pendidikan terbaik diberikan kepada anaknya. 

Mulai dari memberikan bekal kecakapan hidup hingga penguatan nilai-nilai religius untuk sang buah hati. Cukupkah hanya dengan pendidikan terbaik dan religius di sekolah, tanpa peran serta dan dukungan kedua orang tuanya? Tentunya tidak cukup. Yang tidak kalah menarik adalah menjadi tuntutan menyiapkan generasi yang lebih saleh harus dimulai dari orang tua yang lebih saleh. 

Tantangan menjadi orang tua hebat yang saleh di era teknologi dan informasi semakin berat. Era teknologi informasi berdenyut cepat mempengaruhi seluruh sendi-sendi kehidupan. Hampir dua puluh empat jam kita dapat menikmati canggihnya teknologi, internet, smartphone, gadget, laptop, dan lain-lain. Sehingga dampak paparan positif ataupun negatif teknologi informasi sudah bisa dirasakan oleh orang tua terhadap putra-putrinya. Aspek perkembangan psikologis anak tumbuh lebih cepat. Masa menstruasi dan kedewasaan juga demikian. 

Bagi keluarga yang super sibuk, dulu rumah sebagai tempat bertemunya anggota keluarga sangat berfungsi sekali untuk berkumpul, berkomunikasi, serta bercengkerama berbagi cerita suka dan duka. Sehingga kasih sayang antara orang tua dan anak dapat merembes dan membekas dalam hati nurani menjadi kepribadian yang baik dan utuh. 

Namun, hal itu sekarang mulai tergerus sedikit demi sedikit. Yang ada saat ini ketika bertemu di rumah mereka tengah asyik dengan smartphone masing-masing atau asyik menikmati tontonan televisi di kamarnya. Pola pengasuhan anak, yang komunikatif dan dialogis mulai terkikis oleh ego asyiknya memainkan teknologi smartphone dengan medsos: WhatsApp, Facebook, Instagram,Twitter, dan lain-lain. Mulai muncul kecenderungan hidup lebih individual dibandingkan dengan sosial kebersamaan. 

Kita semua adalah pemimpin, yang kelak akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang kita pimpin di hadapan Allah SWT. Sang ayah-ibu bertanggung jawab terhadap keluarganya. Karena itu, orang tua wajib membekali ilmu untuk mengampu tanggung jawab amanah yang besar itu. Sebab, di negeri tercinta ini tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, yang ada hanya pendidikan alami menjadi orang tua. Hasilnya plus dan minus bisa dinikmati oleh keluarga kita sekarang ini. 

Beberapa amanah ayah-ibu yang harus ditunaikan adalah: kewajiban pertama dan utama orang tua yang saleh adalah memberikan nafkah keluarga dengan rezeki yang halal. Sehingga darah daging yang tumbuh dan berkembang dalam diri anak akan mudah mempengaruhi sikap dan perilaku kesalehan anak. Mereka akan senantiasa mudah untuk diajarkan dan diperintah melakukan kebaikan. 

Kedua, memberikan pendidikan pembiasaan (attarbiyatul ’adah) sejak dini untuk mengenal agama dan Allah Sang Khaliq-nya. Pengenalan diawali dengan aktivitas kehidupan rutinitas sehari-hari, mulai bangun tidur pagi hari sampai mau tidur malam kembali tidak terlepas dari nilai-nilai ilahiyah. 

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama- tama berserah diri (muslim)” (QS Al-An'am: 162-163).

Ketiga, pendidikan keteladanan (at-tarbiyatul bil qudwah/uswah) bagi anggota keluarganya. Ayah-ibu adalah dua orang yang paling dekat dengan putra-putrinya. Segala ucapan, perilaku yang dilakukan orang tua akan menjadi cermin perilaku seorang anak. Maka kuncinya adalah kesalehan perilaku kedua orang-tuanya. Keempat, pendidikan akhlaq (at-tarbiyyatu bil akhlaq). 

Mengenalkan budi pekerti yang karimah adalah tugas orang tua, mulai bagaimana menjalin hubungan dengan orang terdekat hingga lingkungan dan masyarakat sekitar anak. Dan mampu membedakan perilaku yang tercela (akhlaq madzmumah) dalam pergaulan baik secara pribadi dan sosial kemasyarakatan. Kelima, pendidikan kecakapan atau keterampilan hidup (at-tarbiyyatu bil iqtishad). 

Memberi bekal Kemandirian anak diajarkan sejak dini sehingga di masa dewasa mereka tidak hanya tergantung kepada orang tua. Memiliki keahlian, keterampilan adalah modalitas untuk hidup mandiri. Karena kehidupan anak tidak selamanya harus berdampingan dengan orang tua yang serba memenuhi kebutuhannya. Berbekal life skill yang baik semoga anak kita mampu mengarungi dunianya. 

Semua itu adalah tugas orang tua, sedangkan sekolah membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap pribadi anak untuk tumbuh dan berkembang serta berkemajuan. Apabila kewajiban di atas bisa ditunaikan dengan baik, maka sungguh luar biasa jaminan Allah kepada orang tua yang saleh. Betapa indah makna pelajaran yang diberikan oleh Allah kepada hambanya di dalam Al-Qur’an surah Kahfi ayat 77 dan 82. Kisah perjalan Nabiyullah Khidir as dengan Nabi Musa as. 

“Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. 

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan (siapa ayah yang hebat dan saleh itu) adalah ayah kakeknya yang ketujuh di atasnya. Sungguh luar biasa Allah memberi kemuliaan kepada orang tua yang saleh. Sampai anak keturunannya pun dijaga dan dimuliakan. Tugas orang tua adalah mendidik dan mendampingi anak-anak menjadi lebih saleh dari orang tuanya. Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan dan membimbing kita menjadi orang tua yang saleh, dan amanah terhadap generasi penerusnya.

Penulis : : Drs. H. Subiyanto


Kampanye Terkait

Gerakan Masyarakat Berdaya (GAMASYA)

Mari Berdayakan Saudara Kita yang Kurang Mampu

Donasi