Kembali
image
Keislaman

Uwais al-Qarni, Teladan Berbakti kepada Orang Tua

setahun yang lalu ● Dibaca 1292x

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, terdapat banyak sahabat yang menunjukkan keteladanan yang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu sahabat yang sangat dikenal karena baktinya kepada orang tua adalah Uwais al-Qarni. Kisah Uwais memberikan banyak hikmah dan pelajaran berharga mengenai pentingnya berbakti kepada orang tua.

Uwais al-Qarni tinggal di Yaman, jauh dari Madinah tempat Nabi Muhammad SAW tinggal. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat taat beribadah dan memiliki kasih sayang yang luar biasa kepada ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh dan buta. Uwais merawat ibunya dengan penuh kasih sayang, bahkan sering kali menggendongnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keinginan terbesar Uwais adalah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Namun, ia tidak dapat meninggalkan ibunya yang memerlukan perawatan. Suatu hari, ibunya mengizinkan Uwais untuk pergi ke Madinah dengan syarat ia segera kembali setelah bertemu dengan Nabi. Uwais pun berangkat dengan hati penuh harap.

Sesampainya di Madinah, Uwais mendapati bahwa Nabi Muhammad SAW sedang berada di medan perang. Ia menghadapi dilema: menunggu Nabi kembali atau segera pulang memenuhi janji kepada ibunya. Setelah mempertimbangkan dengan hati-hati, Uwais memutuskan untuk kembali ke Yaman demi mematuhi perintah ibunya, meski dengan hati yang berat karena belum sempat bertemu Nabi.

Setelah Nabi Muhammad SAW kembali dari perang, beliau bertanya kepada para sahabat tentang Uwais. Nabi menyebutkan bahwa Uwais adalah seorang yang sangat berbakti kepada ibunya dan bahwa doanya sangat mustajab. Nabi Muhammad SAW bahkan meminta kepada para sahabat untuk memohon doa dari Uwais jika mereka bertemu dengannya.

Hikmah dari kisah Uwais al-Qarni ini sangat mendalam. Pertama, kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Dalam Islam, berbakti kepada orang tua adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat tinggi nilainya. Uwais menunjukkan bahwa ketaatan kepada orang tua tidak hanya dalam hal-hal besar, tetapi juga dalam kesetiaan dan kepedulian sehari-hari.

Kedua, kisah ini mengajarkan tentang keikhlasan dalam berbakti. Uwais tidak mencari pengakuan atau pujian dari manusia. Ia merawat ibunya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, semata-mata karena cintanya kepada Allah dan ibunya. Keikhlasan ini yang membuatnya begitu istimewa di mata Nabi Muhammad SAW.

Ketiga, kisah Uwais menekankan pentingnya doa orang yang berbakti kepada orang tua. Doa Uwais yang mustajab adalah bukti bahwa Allah SWT sangat menghargai hamba-Nya yang berbakti kepada orang tua. Ini mengingatkan kita bahwa bakti kepada orang tua bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga jalan menuju keberkahan dan keridhaan Allah SWT.

Pelajaran kehidupan dari kisah ini adalah bahwa seringkali, dalam menjalani hidup, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Seperti Uwais, kita mungkin harus memilih antara keinginan pribadi dan tanggung jawab kita kepada orang tua atau keluarga. Pilihan yang didasarkan pada kasih sayang dan tanggung jawab biasanya akan membawa berkah dan kebahagiaan yang lebih besar.

Selain itu, kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki niat yang tulus dalam setiap perbuatan. Uwais tidak mengejar pujian atau penghargaan duniawi, tetapi berfokus pada menjalankan kewajibannya dengan ikhlas. Ini adalah contoh yang sangat relevan dalam kehidupan modern, di mana seringkali kita terjebak dalam keinginan untuk diakui dan dihargai oleh orang lain.

Kisah Uwais al-Qarni adalah pengingat abadi bahwa bakti kepada orang tua adalah salah satu bentuk ibadah yang paling mulia dan bahwa keikhlasan dalam berbuat baik selalu membawa berkah yang tak terduga. Semoga kita semua dapat meneladani Uwais dalam berbakti kepada orang tua dan menjalani hidup dengan keikhlasan dan kasih sayang.