Kembali
image
Keislaman

Tetap Memberi, Tanpa Berharap Kembali

10 bulan yang lalu ● Dibaca 282x

Saat memberikan sesuatu kepada orang lain, apakah kita benar-benar ikhlas atau masih ada harapan untuk mendapatkan balasan yang setimpal? Ada beberapa yang berniat memberi dan berharap kembali berlipat ganda, dan ada yang juga ikhlas dengan niat membantu.

Dalam dunia yang penuh dengan kepentingan pribadi, memberi tanpa berharap kembali menjadi tindakan yang mulia dan jarang ditemui. Karena ikhlas mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilakukan. Perlunya mencoba setiap memberi dengan hati yang ikhlas.

Pentingnya Memberi dengan Ikhlas

Dalam Islam, memberi dengan ikhlas memiliki makna yang sangat mendalam. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

“Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba: 39)

وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Ayat ini menegaskan bahwa setiap bentuk pemberian yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Namun, balasan ini tidak harus selalu berupa materi atau sesuatu yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Balasan dari Allah SWT bisa berupa ketenangan hati, kebahagiaan, dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Hadits tentang Keutamaan Memberi

Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya memberi dengan ikhlas dalam berbagai hadits. Salah satu hadits yang terkenal adalah:

“Tidaklah berkurang harta dari sedekah...” (HR. Muslim)

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ...

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Sebaliknya, Allah SWT akan menggantinya dengan berbagai bentuk keberkahan. Ini adalah janji Allah yang harus kita yakini. Memberi tanpa berharap kembali adalah bentuk pengabdian dan keikhlasan yang tinggi kepada Allah SWT.

Manfaat Memberi Tanpa Berharap Kembali

Memberi tanpa berharap kembali tidak hanya membawa manfaat spiritual, tetapi juga manfaat sosial dan psikologis. Secara sosial, tindakan ini dapat mempererat hubungan antar sesama manusia. 

Dalam sebuah masyarakat yang saling memberi dan menolong, akan tercipta rasa kebersamaan dan saling percaya. Ini adalah nilai yang sangat berharga dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, dari sisi psikologis, memberi tanpa berharap kembali dapat memberikan kepuasan batin. Ketika kita memberi dengan ikhlas, hati kita akan merasa lebih tenang dan damai. 

Kebahagiaan yang kita rasakan bukan karena kita mendapatkan balasan, tetapi karena kita telah berkontribusi untuk kebaikan orang lain. Ini adalah bentuk kebahagiaan yang lebih langgeng dan mendalam.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)

مَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Ayat ini menggambarkan betapa besar pahala dan balasan yang diberikan Allah SWT bagi mereka yang menginfakkan hartanya di jalan-Nya. Ini menunjukkan bahwa memberi dengan ikhlas, tanpa berharap kembali, akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Memberi tanpa berharap kembali adalah bentuk keikhlasan yang sejati dan sangat dianjurkan dalam Islam. Dengan memahami pentingnya tindakan ini, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, baik secara spiritual, sosial, maupun psikologis. 

Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang ikhlas dalam memberi, mengikuti ajaran Allah dan Rasul-Nya, serta mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah kehidupan kita.

Dengan mengamalkan ajaran memberi tanpa berharap kembali, kita tidak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi orang lain. Mari kita mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita, karena perubahan besar selalu dimulai dari hal-hal kecil.