
Taat dan Pasrah kepada Allah Setiap Saat
Allah yang Maha menyayangi hamba-Nya sudah mendesain bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik dan sempurna serta diharapkan kembali kepada-Nya dalam kondisi yang terbaik pula. Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surah At-Tin.
Di surat yang sama, Allah memberikan informasi bahwa tidak menjamin manusia bisa kembali ke hadapan Allah dalam kondisi yang baik, tapi justru mungkin bisa menjadi sangat rendah, kecuali yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan Allah SWT, yaitu beriman dan beramal saleh. Artinya, tetap taat dan menjaga jiwa ta’abbudiyah (penghambaan diri) kepada Allah SWT.
Kepada mereka yang memenuhi kriteria tersebut, Allah akan memberikan reward pahala yang tiada putus-putusnya atau pahala sebesar yang Allah kehendaki. Ada catatan penting di sini bahwa selama orang pasrah kepada kehendak-Nya, Allah bakal memberikan yang terbaik, bahkan kebaikan yang diberikan Allah di luar daya jangkau akal manusia.
Dari semangat ayat tersebut, dapat diambil hikmah bahwa kepasrahan dan ketaatan manusia kepada Allah ada yang berlaku sebentar-sebentar atau mengalami fluktuasi dan pasang surut, ada yang mengalir datar, dan ada yang terus bertambah tinggi nilainya. Ada pembelajaran dari Nabi SAW kepada umatnya, yaitu di antara insan ada yang merasa berat untuk beramal baik, namun sesungguhnya yang lebih berat lagi adalah konsisten atau istiqamah dengan kebaikan.
Inilah semangat yang ditanamkan pada surah At-Tin tersebut. Kita harus selalu mempertahankan kebaikan kapan dan dimanapun sehingga insan akan mendapat reward berupa pahala yang tidak putus-putus.
Ibnu Qutaibah mengatakan, makna firman Allah yang artinya “Kecuali orang-orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang pahala amalannya walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan di saat usia senja.
Sebab, Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, maka mereka tidak akan berhenti dari beramal kebaikan. Maka, orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (tetapi di saat tua renta) dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.
Ibrahim An-Nakha’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka dia akan dicatat sebagaimana dahulu (di waktu muda) dia pernah beramal. Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus- putusnya.”
Dari untaian surah At-Tin tersebut, insan harus terus mempertahankan ketaatannya kepada Allah sehingga hidupnya mengalami rating terbaik di sisi Allah SWT dengan penuh pahala yang tiada pernah berhenti.
Tafsir Ibris mengajak kita hendaklah semasa hidup ini banyak membuat produk amal yang saleh. Sebab, kelak amal itulah yang menyumbang besar pahala di masa tua kita dengan tiada hentinya (ghoiru mamnuun). (Drs. KH. Ali Muaffa, M.Ag - Khodimul Ma'had Pesantren Al-Quran Nurul Falah)