
Sukses Dunia, Sukses Akhirat
Di era modern ini, banyak orang berlomba mengejar kesuksesan duniawi—karir gemilang, harta berlimpah, dan popularitas tinggi. Namun, adakah jaminan bahwa kesuksesan dunia akan membawa kebahagiaan sejati?
Dalam Islam, kesuksesan sejati adalah ketika seseorang mampu meraih kemuliaan di dunia sekaligus kebahagiaan abadi di akhirat. Lantas, bagaimana cara mencapai keseimbangan ini?
Integritas Ibadah dan Kerja: Dua Sayap Kesuksesan
Islam tidak pernah memisahkan urusan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Ahmad)
Hadis ini menjadi fondasi bahwa bekerja keras untuk meraih kesuksesan duniawi—asal dilakukan dengan niat ibadah—adalah bagian dari jihad. Kisah Nabi Daud AS yang bekerja sebagai pandai besi sekaligus rasul, atau Rasulullah SAW yang sukses sebagai pedagang sebelum diangkat menjadi nabi, membuktikan bahwa kesalehan spiritual dan produktivitas duniawi bisa berjalan beriringan.
Dr. Yusuf Al-Qaradawi dalam Fiqh Prioritas menjelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk menguasai dunia dengan ilmu dan amal, tanpa melalaikan kewajiban kepada Allah.
Harta yang Berkah: Kunci Sukses Hakiki
Kesuksesan dunia sering diukur dari materi, tetapi Islam mengajarkan bahwa harta bernilai ketika ia menjadi berkah—memberi manfaat dan tidak merusak jiwa. Surah Al-Baqarah ayat 201 mengajarkan doa:
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ ٢٠١
“Di antara mereka ada juga yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.’”
Konsep harta berkah mencakup:
- Halal: Didapatkan melalui cara yang sesuai syariat.
- Zakat & Sedekah: Membersihkan harta dan membantu sesama.
- Investasi Abadi: Wakaf dan dana sosial untuk pemberdayaan umat.
Data Baznas (2023) menunjukkan bahwa negara dengan sistem zakat yang baik (seperti Malaysia) memiliki tingkat kemiskinan lebih rendah. Ini membuktikan bahwa keseimbangan materi-spiritual menciptakan masyarakat sejahtera.
Karakter Mulia: Pondasi Kesuksesan Abadi
Kesuksesan sejati terletak pada karakter. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar—tidak akan memberi cahaya. Beberapa karakter penentu sukses dunia-akhirat:
- Amanah (Integritas): Dipercaya dalam pekerjaan dan hubungan sosial.
- Qanaah (Kecukupan): Tidak serakah tetapi terus berusaha.
- Tawadhu (Rendah Hati): Menghindari kesombongan yang merusak pahala.
Contoh nyata bisa dilihat dari para ulama-entrepreneur seperti KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah sambil berwirausaha, atau Abdul Sattar Edhi yang membangun jaringan amal global tanpa melalaikan ibadah.
Sukses dunia dan akhirat bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dua sisi mata uang yang harus seimbang. Dengan memadukan kerja keras dan tawakal, mengelola harta secara bertanggung jawab, serta membangun karakter Qurani, kita bisa meraih kemuliaan di dunia dan kebahagiaan abadi. Sebagaimana pesan Ali bin Abi Thalib:
"Bekerjalah untuk duniamu seolah kau hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah kau mati besok."