
Sikap Menghadapi Musibah
Merenungkan berbagai musibah yang terjadi secara bertubi-tubi di berbagai wilayah negeri ini seperti tanah longsor, gempa bumi, tsunami, banjir bandang, serta tenggelamnya rumah dan berbagai material harta benda beserta manusianya ke dalam perut bumi akhirnya sampailah pada kesimpulan bahwa manusia sangat lemah. Manusia tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun untuk menghadapi dahsyatnya musibah bencana. Ilmu pengetahuan dan teknlogi terbatas hanya mampu mendeteksi gejala-gejala berdasarkan studi dari fenomena alam yang ada. Sementara langkah untuk menolaknya kita sama sekali tidak puya kemampuan.
Musibah memang bermacam-macam bentuknya, mulai yang sederhana, sedang, sampai yang paling berat. Semua musibah dapat mengena pada individu maupun masyarakat luas. Sebagai orang yang beriman, menghadapi berbagai musibah sangat tepat jika senantiasa kembali kepada kitab Alquran sebagai pedoman hidup untuk ditelaah dan direnungkan dengan hidmat disertai perenungan yang mendalam sehingga menjadi pelajaran untuk memperbaiki kehidupan.
Bagaimana Alquran memberikan informasi dan pelajaran bagi umat manusia dapat disimak dalam bebrapa surat dan ayat yang terkandung didalamnya, antara lain yaitu surat Al Hadid ayat 22. ”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudh) sebelum Kami menciptakannya.
“Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah” (QS Al Hadid: 22). Simak pula surat At Taghabun ayat 11. Allah berfirman, ”Tidak satu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (QS: At Taghabun. 11).
Mengapa musibah terjadi? Dalam surat Al Ankabut dijelaskan, ”Maka mereka mendustakan Syu’aib lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka” (QS Al Ankabut. 37) ayat ini menjelaskan musibah gempa menimpa manusia karena mereka sudah tidak melaksanakan apa yang telah diajarkan oleh nabinya, yaitu Syu’aib alaihissalam. Lalu siapa penyebab musibah terjadi? Alquran juga memberikan penjelasan dalam surat Asy Syura ”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu endiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS: Asy Syura 30). Dalam surat An Nisa juga dijelaskan, ”Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri” (QS An Nisa 79).
Apa maunya Allah menimpakan musibah kepada manusia silakan disimak dalam Alquran surat Al Anbiya’ ”Kami akan menguji kamu dengan bencana dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada kamilah kamu akan kembali” (QS Al Anbiya’: 35).
Imam Ibnu Kastsir dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini bahwa Allah menguji manusia terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan. Agar Allah bisa melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang inkar serta siapa yang sabar dan siapa yang putus asa.
Dengan demikian, musibah dapat diambil hikmahnya. Pertama, musibah sebagai ujian, yaitu dialami orang-orang beriman untuk menguji keimanan dan ketakwaan. Kedua, musibah sebagai teguran karena perbuatan-perbuatan zalim dalam mengingkari ajaran yang telah disampaikan Rasullullah SAW. Musibah ini diberikan Allah agar manusia segera sadar dan kembali ke jalan yang benar. Ketiga, musibah sebagai azab, yaitu sebagai hukuman karena semaraknya perbuatan- perbuatan kemaksiatan dan penyimpangan yang sudah melampaui batas.
Menyikapi dari berbagai musibah yang telah terjadi Imam Ibnu Kastir menjelaskan, seseorang yang ditimpa musibah dan meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan takdir Allah ta’ala kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah ta’ala) diserta perasaan tunduk kepada ketentuan Allah, maka Allah akan memberikan petunjuk ke dalam hatinya. Dan Dia akan mengganti apa yang hilang dengan sesuatu yang lebih baik.
Semoga umat Islam di Dunia, khususnya di Indonesia diberikan kepandaian oleh Allah untuk mengambil hikmah dengan adanya musibah yang telah tampak kita saksikan bersama sehingga akan menjadi umat yang lebih baik. (Drs. H. Umar Jaeni,M.Pd)