Kembali
image
Edukasi

Saat Dompet Terasa Sempit, Justru Saat Itulah Pintu Rezeki Terbuka Lebar

dalam 3 jam ● Dibaca 62x

Logika kita seringkali berkata: "Tahan. Simpan. Nanti kalau sudah lebih, baru berbagi." Saat tagihan menumpuk dan kebutuhan terasa menghimpit, tangan kita seolah terkunci otomatis untuk menggenggam erat apa yang tersisa. Memberi di saat seperti ini terasa seperti sebuah kemustahilan, sebuah tindakan yang melawan akal sehat.

Tapi iman punya cara kerja yang berbeda. Ia membisikkan hal yang terdengar gila: "Lepaskan, maka kau akan menerima lebih banyak."

Ini bukan sekadar kalimat motivasi. Ini adalah janji. Sedekah di saat sempit adalah seni membuka genggaman. Saat kita merasa paling tidak punya, saat itulah ujian kepercayaan kita berada di puncaknya. Kita tidak sedang memberi dari kelimpahan, kita sedang memberi dari keyakinan.

Matematika Langit vs. Logika Bumi

Allah tidak butuh uang kita. Dia, Al-Ghaniyy, Sang Maha Kaya, hanya ingin melihat satu hal: di mana letak kepercayaan kita? Apakah pada angka di rekening, atau pada jaminan-Nya yang tak pernah meleset?

Dalam firman-Nya di Surah Al-Baqarah (2:267), kita tidak diminta memberi sisa-sisa, tetapi "sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik". Ini adalah pesan yang kuat. Bahkan di saat hasil usaha itu terasa pas-pasan, kualitas pemberian kita mencerminkan kualitas iman kita.

Lalu, Dia menunjukkan "Matematika Langit" yang melampaui logika kita.

"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang tumbuh tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji..." (QS. Al-Baqarah: 261)

Logika kita menghitung: 10 dikurangi 1 sama dengan 9. Tapi Matematika Langit bekerja sebaliknya. Satu benih yang kita tanam dengan tulus di jalan Allah bisa kembali menjadi 700, atau bahkan lebih. Sedekah bukanlah pengeluaran, ia adalah investasi terbaik dengan jaminan keuntungan langsung dari Pemilik Semesta.

Puncak Keikhlasan: Memberi Apa yang Kita Cintai

Ujian tertingginya bukan pada nominal, tapi pada hati. Saat kita melepaskan sesuatu yang kita sendiri masih butuhkan, bahkan kita cintai, di situlah letak kemurnian pengorbanan.

"Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebaktian (yang sempurna) hingga kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai." (QS. Ali 'Imran: 92)

Memberi Rp 10.000 saat di dompet hanya tersisa Rp 20.000 memiliki "bobot" yang jauh berbeda di hadapan Allah dibandingkan memberi Rp 1.000.000 saat saldo kita miliaran. Kesulitan bukanlah penghalang, ia justru panggung untuk membuktikan ketulusan.

Jadi, saat hidup terasa menghimpit dan tangan terasa berat untuk memberi, ingatlah ini: mungkin itu bukan beban, melainkan kunci. Kunci untuk membuka pintu-pintu yang selama ini kita kira tertutup rapat.

Cobalah, lepaskan. Karena tangan yang terbuka untuk memberi, adalah tangan yang paling siap untuk menerima.