Kembali
image
Keislaman

Pentingnya Mengajarkan Al-Quran

3 tahun yang lalu ● Dibaca 1942x

Tidak diragukan lagi bahwa mempelajari dań mengajarkan Al-Quran merupakan perbuatan yang paling mulia dan urgen dalam Islam. Hal ini tak telepas dari funghi Al-Quran yang Menjadikan petunjuk serta jalan keselamatan bagi setiap pemeluknya. Maka, tak heran jika mempelajari dan mengajarkannya dinilai sebagai sebaik-sebaik amalan di sisi Allah SWT. Nash-nash syar’i, baik dari Al-Qur’an, hadits, maupun perkataan para ulama, yang menegaskan akan hal itu tidak sedikit. Salah satunya hadis Rasulullah SAW, "Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR Bukhari).

Selain itu, urgensi belajar dan mengajarkan Al-Qur’an juga terletak pada berbagai dampak positif yang muncul darinya. Dampak-dampak positif yang ada tidak hanya terbatas bagi individu saja, namun juga bagi masyarakat luas. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Dr Sya’ban Ramadhan Mahmud dalam bukunya yang berjudul Minal Atsar al-Imaniyah li Ta'lim wa Ta'alum al-Qur'an al-Karim 'ala al-Fardi wa al- Mujtama’. Adapun dampak-dampak positif bagi individu Secara garis besar ada lima, yaitu:

Pertama, Kesenangan hati dan jiwa.Ini disebabkan Allah Swt menjadikan Al-Quran sebagai syifaan (obat penyembuh) segala macam penyakit hati. Contohnya, syubhat- syubhat, keraguan, dan berbagai penyakit
lain yang menodai hati.

Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS Yunus ayat 57 yang berbunyi, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Ibnu Katsir 1999: 4/274)

Kedua,meraihkeistiqamahan.Halinikarena hati dan pikirannya senantiasa disibukkan dengan Al-Qur’an sehingga ia mampu menundukkan hawa nafsunya untuk taat kepada perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Ketundukan tersebut terimplementasikan melalui keselarasan hati, pikiran, dan anggota badan dengan aturan- aturan Islam yang ada. Selain itu, istiqamah pula yang nantinya melahirkan rasa takut dan senantiasa diawasi oleh Allah SWT.

Ketiga, kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan diri. Kesadaran semacam ini diraih dengan mentadabburi ayat-ayat yang berbicara akan kekurangan-kekurangan pada diri manusia. Misalnya, sifat-sifat negatif berupa senantiasa berkeluh kesah, sulit menerima keputusan-
Nya jika tidak sesuai dengan kehendak pribadi, diciptakan dari air yang hina, dan sebagainya. Maka melalui kesadaran tersebut, diharapkan nanti akan melahirkan rasa selalu butuh akan pertolongan Allah SWT. Selain itu, ia juga sadar untuk tidak pantas sombong karena hanya Allah SWT Dzat Yang Mahasempurna.

Keempat, lembut dan lapangnya hati dalam menerima kebenaran. Bukti nyata akan hal ini diabadikan oleh tinta emas sejarah Islam awal kemunculannya. Salah satunya kisah sahabat mulia duta Islam pertama Mush’ab bin Umair. Sahabat yang terkenal tampan, serba berkecukupan, serta berasal dari keturunan mulia ini berdakwah ke negeri Yatsrib dengan mengajarkan Al-Qur’an. Melalui dakwahnya, ia mampu mengislamkan dua pemimpin dari kaum Auz dan Khazraj, yakni Saad bin Muadz dan Usaid bin Khudair. Dengan masuknya dua tokoh ini ke dalam barisan kaum muslimin, akhirnya dakwah Islam lebih mudah diterima oleh mayoritas penduduk Yatsrib.

Kelima, mendapatkan berbagai macam kebaikan dan keutamaan di akhirat. Kebaikan dan keutamaan tersebut dapat berupa derajat yang tinggi di sisi Allah SWT, sebagai lenteradan penerang di alam kubur, mendapatkan syafaatnya (pertolongan). Sebagaimana yang ditegaskan oleh baginda Rasul melalui haditsnya, ”Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat (pertolongan) bagi pembacanya”(HR Muslim). Mmembaca Al-Qur’an termasuk dalam kategori mempelajarinya.

LAZIS Nurul Falah melalui program PEDULI GURU NGAJI AL-QURAN, mengajak sahabat untuk “bersama-sama dan membantu” Ceriakan guru ngaji Al-Quran yang tergolong ekonomi rendah. Program Guru Ngaji Al-Quran https://tabungamal.id/campaign/donasi/sedekah-untuk-guru-ngaji-indonesia

Sementara dampak-dampak positif dari belajar dan mengajarkan Al-Qur’an bagi masyarakat tidak jauh berbeda dengan apa yang diraih oleh individu. Hal ini karena masyarakat pada hakikatnya merupakan kumpulan dari individu-individu. Karena itu, dapat dipastikan jika individu-individu suatu masyarakat tersebut baik, maka akan baik pula masyarakat itu.

Namun, masih menurut Dr Sya'ban Ramadhan Mahmud, ada satu dampak positif terpenting dari belajar dan mengajarkan Al- Qur’an bagi masyarakat. Dampak tersebut adalah terciptanya kehidupan bermasyarakat yang Islami. Wujud dan implementasinya dapat dilihat kepada tiga hal berikut;

Pertama, kuatnya persaudaran dan persatuan di antara masyarakat. Hal ini terjadi karena melalui individu-individu yang baiklah lahir masyarakat yang senantiasa menghindari segala tindakan yang menjurus kepada perpecahan dan permusuhan.

Kedua, terciptanya muamalah yang sesuai koridor syariat, khususnya dalam jual beli.
Hal ini terlihat dari muamalah mereka yang mencerminkan nilai-nilai islami. Seperti bersih dari penipuan, mengurangi timbangan dan hal- hal yang merupakan pelanggaran terhadaphak konsumen. Mualamah semacam ini hanya akan terwujud melalui individu-individu yang sadar dan paham akan hukum-hukum yang berkenaan dengan muamalah.

Ketiga, suasana damai dan tenteram. Wujud dari dua hal ini dapat berupa tingginya rasa saling menghormati dan mencintai sesama individu masyarakat, saling bahu-membahu mengatasi beban, dan menyelesaikan permasalahan pribadi dan umum dan suasana-suasana positif lainnya. Semua ini hanya akan terwujud melalui masyarakat yang mengerti dan mengamalkan hak dan kewajiban hidup bermasyarakat. Wallahu a’lam bi as-shawab. (Lazisnf/eko)