
Pakai Komunikasi Asertif Kepada Anak
Komunikasi sering menjadi permasalahan bagi keluarga, tidak terkecuali hubungan antar orang tua dan anak. Karena kesalahan bentuk komunikasi, hubungan menjadi renggang dan sering kali malu untuk mengungkapkan isi hati.
Komunikasi asertif adalah suatu cara komunikasi yang dilakukan secara terbuka dan dengan tetap menjaga rasa hormat kepada lawan bicara. Artinya komunikasi ini dapat memiliki manfaat dalam hubungan pertemanan, relasi, hingga keluarga.
Waktu yang tepat mengajarkan komunikasi asertif kepada anak saat masih dalam usia dini, karena dalam masa pertumbuhan, anak cenderung mencontoh dan mendapatkan ilmu kehidupan dari orang yang ada di sekitarnya. Maka dari itu, peran orang tua begitu sentral dalam memberikan contoh komunikasi yang baik dengan anak.
Menurut Fensterheim (1980) dalam bukunya berjudul “Jangan Bilang Ya Bila Akan Mengatakan Tidak (terjemahan)” menyatakan, seorang yang dikatakan asertif jika dirinya mampu mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangannya kepada orang lain. Dalam komunikasi tersebut, tidak merugikan orang lain.
Adapun cara-cara pendidikan komunikasi asertif yang dapat kamu ajarkan kepada anak, diantaranya:
Diajarkan Batasan Diri
Setiap orang memiliki batasan, tidak dapat menyamaratakan antara si A dan si B. Sebab setiap individu memiliki keinginan, karakter, dan harapan yang berbeda. Dari perbedaan ini dapat memberikan batasan diri. Hal inilah yang perlu diberikan pengetahuan secara mendetail kepada anak.
Mulai dari apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berinteraksi dengan orang lain. Menghargai setiap keputusan yang dipilih, sebab ada hak yang mereka pilih sebagai jalan hidup.
Batasan diri akan membentuk keharmonisan. Anak akan lebih cenderung dapat mengungkapkan isi hati dan pikirannya.
Diajarkan Menjadi Pendengar yang Baik
Orang tua memberikan pengertian secara perlahan kepada anak, ketika berbicara dapat mendengarkan lawan bicaranya, secara gestur hingga mimik muka. Lawan bicara ketika diperhatikan akan cenderung lebih menyampaikan isi perasaan yang ada.
Begitupun juga anak ketika berbicara dan menyampaikan pendapat, orang tua siap sedia mendengarkan apa yang dikatakan anaknya. Perasaan anak akan lebih senang, karena setiap kata dan cerita yang disampaikan didengarkan dan perhatian.
Langkah awal mengawali ini, orang tua mengajarkan terlebih dahulu, kemudian nanti anak akan mengikutinya.
Diajarkan Untuk Menyampaikan Pendapat dan Berlatih Berkata “Tidak”
Komunikasi asertif juga harus memiliki keberanian menyampaikan pendapat, baik yang dilihat atau yang dirasakan. Melihat fenomena saat ini, masih sedikit anak yang berani menyampaikan pendapat, dengan alasan takut dengan orang atau malu berbicara.
Latihan yang dapat dilakukan agar anak dapat berani menyampaikan pendapat. Orang tua tidak gampang menyalahkan kondisi anak dan memarahi kesalahan yang diperbuat, sehingga ketakutan tersebut membuat anak tidak berani lagi menyampaikan apa yang dialami selama kehidupannya.
Perlu orang tua lakukan, memberikan pengertian kepada anak. Dengan mengkomunikasikan kejadian sebelumnya secara detail, kesalahan yang diperbuat, dan sebaiknya yang dilakukan kedepannya. Dengan begitu akan lebih mudah menyalahkan perbuatannya, bukan personalnya.
Kemudian anak dilatih untuk berkata “tidak” saat merasa tidak nyaman. Karena hal ini akan lebih mudah setiap aktivitas yang dilakukan berjalan dengan nyaman dilakukan. Tidak perlu merasa tidak enak untuk menolak atau berkata “tidak” kepada orang lain.
Dengan latihan dan contoh dari orang tua tentang belajar komunikasi asertif, anak akan cenderung menirukan perilaku orang yang terdekat. Maka perlu pembiasaan dari kecil, sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkan lebih mendalam.