
Nabi Ibrahim Mencetak Pemimpin Dunia Berkarakter Quran
Alquran Surat Ibrahim 14 ayat 35-41 menginspirasi kita tentang kaderisasi yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Sejak belum ada tanda-tanda bahwa Nabi Ibrahim akan memiliki keturunan, beliau telah memiliki obsesi yang sangat tinggi, yaitu memiliki keturunan yang saleh dan menjadi pemimpin tingkat dunia.
Obsesi dan cita-cita tersebut tercermin dalam doa-doa beliau setiap saat: “Rabbi hablii minassolihin, Ya Allah Tuhanku anugerahkan kepadaku keturunan yang saleh” (sari tilawah QS Asshoffat [37] ayat 100). Demikian pintanya kepada Sang Khaliq setiap saat. Tidak hanya itu, beliau juga memohon kepada Allah agar Allah berkenan menjadikan putranya sebagai panutan setiap orang untuk menjadi orang yang baik (sari tilawah ayat QS Ibrahim [14] ayat 37).
Walhasil, Nabi Ibrahim telah memberikan hikmah dan inspirasi kepada kita bahwa untuk mengubah dunia yang ateis, dunia yang tidak bermoral, dunia yang sesat, dunia yang memusuhi Tuhan dan seterusnya, harus ada pemimpin yang baik, mampu, dan mengerti tugasnya agar bisa mengubah dunia menjadi rahmatan lil alamin sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.
Rumus ini juga berlaku sebaliknya. Bahwa jangan berharap banyak bisa mengubah dunia menjadi baik jika kita tidak menjadi pemimpin, pemegang otoritas kebijakan. Ada contoh kecil mengenai toilet pada umumnya di negara Eropa. Di satu sisi setiap pengguna toilet dimanjakan dengan bersih dan harumnya toilet tersebut. Namun, di sisi lain, toilet ini tidak memiliki sistem yang bisa menjamin kesucian bagi para penggunanya. Yang dipastikan bisa bersih hanya ruang dan alat buang air kecilnya. Hal ini terjadi karena kehendak pemimpin negara atau pemegang otoritas. ”Itulah contoh betapa pentingnya seorang pemimpin,” ujar guru saya yang pernah menjadi salah satu pengguna jasa toilet di Eropa dalam perjalanan dakwahnya.
Ini adalah contoh kecil bahwa pengguna fasilitas toilet “bisa terselamatkan dari najis atau tidak, juga tergantung pada kehendak pemegang otoritas, yaitu pemimpin negeri. Masalah istinja’ (menghilangkan najis dari badan kita) merupakan hal hal yang sangat kecil, namun menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan kaum muslimin. Sebab, suci merupakan salah satu syarat dari keabsahan shalat kita. Jika di saat shalat ada bagian pakaian atau badan terdapat najisnya, maka shalat kita tidak sah.
Dapat kita pastikan bahwa seorang pemegang otoritas atau penguasa suatu negeri tentu tidak hanya membuat aturan sekadar untuk urusan najisnya air kencing, tetapi juga akan membuat aturan mengenai hal-hal yang bersifat strategis dan bermultifungsi dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, aturan yang menentukan target dan kurikulum pendidikan nasional, bagaimana kriteria seorang kepala daerah, dan lain-lain. Aturan-aturan tersebut memiliki dampak yang sangat penting untuk kelangsungan, eksistensi, serta kehidupan suatu bangsa dan negara.
Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, yaitu menolong umat manusia agar bisa sejahtera damai dan bahagia. Untuk keperluan misi penting inilah kiranya Nabi Ibrahim telah mempersiapkanmasa depan putranya sebagai calon pemimpin tingkat dunia dan diharapkan dapat mengubah kondisi masyarakat yang mengerti dari mana asal dirinya, mengerti bahwa sebagai seorang hamba harus berbuat apa kepada Tuhannya, atau apa kewajibannya kepada Allah dan seterusnya.
Nabi Ibrahim telah menginspirasi kita agar mempersiapkan kader yang memiliki kapasitas dan kapabelitas tinggi, saleh, bermoral baik yang bisa menjamin hidup rakyatnya berbakti kepada Allah SWT. Sebab, pemimpin yang seperti inilah yang bisa mengantarkan rakyatnya hidup sejahtera, damai, dan bahagia di dunia maupun kelak di akhirat.
Semoga arah dakwah yang dilakukan Nurul Falah yang fokus dengan pendidikan berbasis dan berkarakter Alquran dapat menjawab dan memberikan kontribusi yang baik di masa depan yang rahmatan lil ‘alamin, hidup bahagia bersama Alquran. (Drs. Ali Muaffa, M,Ag)