
Minta Gaji
Seorang kawan menunjukkan percakapan dengan anaknya melalui pesan WA. Sang anak adalah si Barep yang baru menyelesaikan bulan pertama di tempatnya bekerja. Sang anak diterima bekerja di sebuah perusahaan nasional yang bonafide. Percakapannya pendek tapi sangat menarik.
“Alhamdulillah Pak, gaji pertamaku sudah cair,” ujar si anak.
“Alhamdulillah, tabaarakallah Mas,” ucap sang bapak.
“Amiin ya rabbal ‘alamiin. Terima kasih Pak atas doa dan bimbingannya.”
“Bapak minta gajimu, Mas,” ujar bapak. Si anak tidak segera menjawab, baru sekitar 30 menit mengirim jawaban.
“Berapa Pak?” jawab sang anak.
Sang kawan juga tidak langsung menjawab, sekitar 45 menit kemudian, baru ia mengirim jawaban. “Terserah kamu Mas, lebih banyak lebih baik,” ucap bapak.
“Baik Pak, nomor rekening Bapak mohon dikirimkan,” jawab sang anak.
Lalu kawan saya mengirim foto kotak infak masjid dengan kalimat pengantar, “Kirimkan ke situ Mas, dengan ucapan, 'Bismillah aku infaq jariyah atas nama Bapak....”
Langsung anaknya mengirim emoticon menangis dilanjut dengan kalimat keterangan “Siap lapan enam. Maaf Pak, aku tadi lama jawab karena sempat mikir buruk, Bapak kok gitu sih?”
Orang tua mana yang tidak Bahagia bila anaknya telah mendapatkan jalan mulus untuk mengarungi perjuangan hidup di dunia, pekerjaan yang baik, penghasilan yang layak, dan tempat yang nyaman. Tetapi, tidak semua orang tua menyatakan tanggapannya dengan cara pandang yang sama terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh anaknya.
Cara pandang orang tua dalam menerima secuil keberhasilan yang dicapai oleh anaknya tergantung pandangan hidup yang diyakininya. Ada yang mengapresiasi anaknya dengan kalimat “Ditabung dulu saja untuk modal pengembangan kariermu Mas...” atau “Alhamdulillah Mas...kamu dipilih Allah untuk membantu meringankan beban hidup Bapak...” mungkin pula “Buat beli kendaraan saja Mas agar kalau kerja bisa lebih lancar....” Atau kalimat-kalimat lain yang spontan terlontar baik secara lisan atau tulisan pada smartphone-nya.
Pilih yang mana? Semua kalimat akan memengaruhi penggalan perjalanan hidup bagi ananda di masa depan.
Mendapat pekerjaan layak bukanlah terminal akhir suatu perjuangan, tetapi justru menjadi langkah awal memasuki arena perjuangan atau lintasan pertandingan dengan segala risiko dan tantangannya. Bila telah memasuki medan juang yang dituntut usaha keras, mengarahkan segala daya lahir batin, sepanjang waktu yang disediakan.
Kalimat yang memotivasi akan mendorong tumbuhnya energi besar untuk menghadapi ragam kehidupan seberat apapun di masa depan. Kalimat transaksional akan menempatkan anak dalam posisi pekerja, yang bekerja untuk menghasilkan sebanyak mungkin kekayaan. Kalimat yang bermakna konsumtif bisa mendorong anak pada kehidupan hedonis, yang hari-harinya dipenuhi dengan angan- angan untuk bersenang-senang sepanjang waktu.
Penulis : Ustaz Mim Saiful Hadi (Sekretaris Yayasan Nurul Falah)