Kembali
image
Keislaman

Merenungi Kehidupan, Menghitung Amal

2 tahun yang lalu ● Dibaca 323x

Demikian cepat waktu berlalu. Satu tahun terasa serupa kilatan cahaya yang cepat datang dan cepat pula menghilang. Di pengujung tahun ini, marilah kita merenungi segala amal perbuatan yang telah dilakukan selama satu tahun. Di bawah ini, beberapa perenungan dan pesan para ulama terhadap amal perbuatan dirinya sendiri. 

Dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan bahwa ketika sedang bermajelis, ia pernah menasihati, ”Sesungguhnya kalian berada di tengah perjalanan siang dan malam, di tengah lingkaran ajal yang selalu berkurang, di tengah amal perbuatan yang selalu terpantau, sementara kematian datang dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang menanam kebajikan niscaya ia akan menuai kebahagiaan. Dan barangsiapa yang menanam kejahatan niscara ia akan menuai penyesalan.” 

”Setiap orang yang bercocok tanam akan memanen sesuai dengan apa yang ditanamnya. Orang yang lambat tidak akan bisa mendahului mengambil bagiannya. Demikian juga orang yang berhasrrat, ia tidak akan memperoleh apa yang tidak ditakdirkan untuknya. Siapa saja yang mendapat kebaikan, Allah-lah yang memberikan kebaikan itu kepadanya. Siapa saja yang selamat dari bahaya, Allah-lah yang menjaga dirinya.

Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang terhormat dan para ahli fiqih adalah para pembimbing umat. Duduk-duduk belajar bersama mereka adalah sebuah kemuliaan.”

Dari Al-Fasawi dari Abu Yaman dari Jarir bin Utsman dari Abul Hasan Imran bin Nimran bahwa Abu Ubaidah pernah berjalan di tengah pasukan kaum muslimin kemudian berkata, ”Betapa banyak orang yang menjaga kesucian pakaiannya tapi justru mengotori agamanya. 

Ingatlah betapa banyak orang yang merasa memuliakan dirinya sendiri, tapi justru menghinakannya. Segeralah mengganti kejahatan-kejahatan lamamu dengan kebajikan- kebajikan yang baru.” 

Dari Ibnu Syaudzab, ia bercerita, Tatkala kematian mendatangi Abu Hurairah, beliau menangis. Orang-orang bertanya, ”Apa yang membuat Anda menangis?” Beliau menjawab, ”Jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan, dan banyaknya aral rintangan. Sementara tempat kembali, bisa ke surga, bisa juga ke neraka.”

Dari Qabishah bin Qais Al-Anbari, ia berkata, ”Apabila Adh-Dhahak bin Muzahim memasuki waktu sore hari, beliau menangis. Ada orang yang bertanya, ’Apa gerangan yang membuat Anda menangis?’ Beliau menjawab, ’Aku tidak tahu amalanku yang mana yang naik ke langit (diterima Allah) pada hari ini’.” (Sumber: Kisah Teladan Orang-Orang Saleh)