
Menumbuhkan Kemandirian Anak
Manusia adalah makhluk sosial. Yang sejak masa kelahirannya membutuhkan bantuan orang lain. Hal itu bisa dilihat; Saat masih bayi, sangat wajar jika anak begitu tergantung pada ibunya atau orang-orang terdekatnya. Maklum bayi belum bisa melakukan banyak hal. Tapi seiring usia bertambah, sudah seharusnya anak bertambah pula kemandiriannya sehingga tidak melulu bergantung pada orang lain.
Anak yang terbiasa tidak melakukan apa-apa sendiri, semuanya dilakukan orang tuanya, akan menjadi anak yang tidak mandiri. Ketidakmandirian otomatis berdampak pada masa depannya. Dan itu butuh proses pembiasaan penanaman kemandirian anak dimulai sejak dini. Bila itu dilakukan secara pereodik maka dampak tercepat terlihat saat anak usia sekolah dasar. Namun bila tidak maka kemandirian akan sulit diwujudkan diperiode usia berikutnya.
Namanya juga anak-anak, tentu belum semahir orang dewasa dalam melakukan aneka kegiatan. Tapi sering kali orang tua begitu takut dan khawatir anaknya dalam bahaya sehingga aneka larangan selalu dikeluarkan. Apalagi dalam sebuah keluarga anak tersebut adalah anak satu-satunya. Maka perlindungan dan kenyamanan cenderung diberikan over dosis. Akibatnya Anak pun menjadi kurang dipercaya oleh orang tua.
Kewajiban orang tua adalam menanamkan pembiasan kemandirian sejak dini. Beberapa hal yang negatif sering dilakukan orangtua dan perlu dihindari adalah :
- Kecemasan yang berlebihan : Salah satu contoh awal ketika anak sedang berlatih Menumbuhkan Kemandirian Anak berjalan cenderung kita orang tua cemas, jangan-jangan jatuh atau kejadian negatif yang lainnya maka yang muncul adalah perlindungan ekstra ketat. Padahal mereka butuh eksplor gerak dan dinamisasi diri menggerakkan tubuhnya. sebaiknya orang tua membawa anak ke area yang aman yang relatif tidak berbahaya untuk anaknya belajar berjalan. Tapi pastikan anak selalu dalam pengawasan, sehingga bisa diarahkan tanpa membatasi upaya eksplorasinya
- Mudah Menyalahkan Anak : “Salah kamu melipat selimutnya. Kalau gitu kan nggak rapi.” Kalimat seperti itu mungkin sering dilontarkan orang tua kepada anaknya. Menyalahkan anak untuk hal-hal yang remeh-temeh seperti itu bisa mematikan kreativitas dan kemandirian anak. Sebaiknya berikan contoh sederhana cara melakukan dengan baik. Dan upayakan berikan pujian dan penguatan meski terkadang anak belum mampu melakukan yang terbaik. Padahal anak sudah berinisiatif membersihkan dan merapikan tempat tidurnya. Namun karena yang diterima bukan apresiasi namun kalimat yang justru membuat semangatnya drop, anak jadi enggan dan malas melakukan kegiatan semacam itu.
- Tidak dimulai dari hal yang simpel : Agar kegiatan melatih kemandirian anak berjalan dengan baik. Sebaiknya Anda ikut melakukannya bersama anak, di awal-awal mereka belajar. Misalnya dengan mengajak anak bersama-sama membereskan mainan. Beri tahu anak, mainan yang sudah selesai dimainkan harus dimasukkan ke tempatnya, misalnya ke dalam kardus atau almari mainan. Informasikan kepada anak kardus, atau rak almari mana yang jadi tempat mainan. Selanjutnya anak akan terbiasa untuk merapikan sendiri mainannya.
- Tidak Sabar : Sering kali orang tua tidak sabar dengan proses belajar yang harus dilewati anak. Karena ingin cepat, orang tua cenderung mengambil alih sesuatu yang seharusnya dilakukan anak. Sehingga anak tidak punya pilihan, tidak punya kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk mengambil keputusan. Sebuah contoh saat memakai baju, memakai sepatu atau pun aktifitas lainnya.
- Enggan melatih kemandirian anak : Anak jadi penakut, harus selalu dekat dengan orang tuanya, dan cenderung tidak bisa melakukan aneka hal karena orang tua yang enggan melatih kemandirian anak. Padahal anak-anak dengan jiwa petualangannya justru ingin mengeksplorasi tempat baru. Karena itu, sebaiknya saat anak diajak ke tempat baru baginya, misalnya ke super market, diceritakan lebih dahulu superr market yanng akan dikunjungi seperti apa. Mungkin orang tua bisa memperlihatkan foto tentang tempat itu atau menggambarkan kondisinya.
- Mendisiplinkan ketika marah : Jangan pernah mengambil keputusan ketika sedang marah karena ini paling sering terjadi kesalahan. Jadi, tidak harus berteriak pada anak atau mencoba mendisiplinkan anak saat sedang marah. Cara terbaik adalah menenangkan diri dalam beberapa waktu agar bisa berpikir jernih.
- Mengancam Palsu : Ancaman palsu bukan bentuk hukuman yang akan melatih anak. Contohnya saja, mengatakan tak akan mengambil mainannya apabila anak tak mau berhenti menangis. Padahal, orangtua berniat melakukannya. Maka Anak akan belajar dengan cepat bahwa ancaman Anda palsu.
- Tidak konsisten dengan aturan yang dibuat : Apabila membuat aturan, orang tua tak bisa melanggar aturan dengan sendirinya. Ketika mengatakan bahwa anak-anak mulai jam 100 sampai 20.00 tidak menonton televisi, atau menggunakan gadget maupun smartphone. Maka harus konsister seluruh anggota keluarga menyepakati dan berupaya untuk saling mengingatkan akan aturan itu. Terkadang salah satu anggota keluarga melanggar dengan sendirinya. Jangan menguliahi anak terlalu banyak. Anak-anak benci dengan ceramah panjang tentang apa yang harus atau tidak dilakukan. Instruksi sederhana dengan cara yang baik akan jauh lebih efektif.
Mendampingi anak usia dini membutukan keajegan prilaku positif dari orangtua. Bila hal ini sejak dini terbiasa dilakukan dengan baik maka ketika menginjak usia sekolah dasar mereka semakin tertib melakukan pembiasan kemandirian diri. Meski kecil dan sederhana prilaku tersebut bila diulang-ulang insya Allah akan berdampak besar bagi kemandiriannya kelak.
Ditulis Oleh : Drs. H. Subiyanto