Kembali
image
Keislaman

Menanamkan Tauhid Sejak Dini

3 tahun yang lalu ● Dibaca 459x

“Wahai Ayah: lakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu (meski untuk menyembelih aku), insyaallah engkau akan mendapatkan aku sebagai anak yang sabar” (sari tilawah
QS ash-Shaffat [37]: 102).

Ada dua aktor yang membuat menarik perhatian insan dunia di bulan ini, yaitu Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail as. Allah memberikan beberapa keistimewaan kepada Nabi Ibrahim, salah satunya beliau lebih dikenal sebagai bapak para nabi. Dunia digemparkan oleh kisah penyembelihan Ismail as ole sang ayahanda, Ibrahim as. Ismail as adalah putra yang dinanti- nanti kelahirannya. Penantian itu dalam ukuran waktu yang sangat lama. Menurut rasio insan sekarang, Nabi Ibrahim tidak akan punya putra. Namun, Allah Yang Maha Mengerti ternyata memberikan Ibrahim seorang putra yang alimyang lama dirindukan.

Kegembiraan Nabi Ibrahim mendapatkan putra Ismail as diuji Allah, apakah Ibrahim benar-benar masih menaati Allah ataukah lebih cinta kepada Ismail as. Dari sisi pandang ayah, Ibrahim telah berhasil meletakkan dirinya sebagai orang yang taat dan ikhlas melaksanakan perintah Allah. Demikian juga dari sisi pandang istri dan putranya. Maka, keluarga besar Ibrahim telah berhasil dengan baik dalam melaksanakan perintah dan ta’abbudiyah kepada Allah SWT.

Kehebatan keluarga besar Nabi Ibrahim masih menyisakan pertanyaan: Bagaimana Ibrahim dapat mendidik dan membekali putranya sehingga Ismail sedemikian tangguh, ikhlas, dan sabar menyerahkan lehernya untukdisembelih dengan alasan ini perintah Allah?

Merujuk pada keterangan di dalam Al- Qur’an yang menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim sangat serius memperkuat dirinya dalam keimanannya kepada Allah seperti diterangkan dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 260. Dijelaskan bahwa Allah memperlihatkan kepada Ibrahim bagaimana Allah mematikan dan menghidupkan mahluk-Nya. Nabi Ibrahim memiliki ketajaman berpikir dan analisis luar biasa yang membawanya memiliki akidah atau keyakinan yang sangat kuat bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Pencipta, Maha Memelihara segala sesuatu (QS Al-An’am [6]: 75-79).

Di sisi lain, Nabi Ibrahim ditempa oleh zaman yang penuh tantangan. Ia hidup di era Raja Namrud yang terkenal dengan kediktatoran dan kemusyrikan. Posisi seperti ini membuat Ibrahim menjadi seorang yang semakin dekat dengan Allah SWT. Hal ini juga membuat Nabi Ibrahim memiliki banyak sifat mulia seperti sabar, pantang menyerah, penuh kasih sayang, dan lainnya sebagaimana disarikan dari Al-Qur’an surah Ash-Shaffat [37] ayat 99-102, Al-Mumtahanah [60] ayat 4, Ibrahim [14] ayat 37, dan At-Taubah [9] ayat 24.

Maka, tidak heran jika sifat-sifat ihsan dan latar belakang hidup Nabi Ibrahim mendasarinya dalam mendidik putranya sebagai insan yang tangguh akidahnya dengan pendidikan dan pembekalan:

  1. Berdoa agar dikaruniai anak yang saleh.
  2. Mendidik putranya mengerti tentang siapa Tuhannya.
  3. Memberikan keteladanan kepada putranya.
  4. Memilihkan lingkungan yang baik untuk keturunannya.
  5. Menciptakan suasana komunikatif dan dialogis dengan anak.
  6. Menciptakan kasih sayang dan menyejukkan seperti memanggil Ismail dengan kalimat ”Ya bunayya atau wahai anakku sayang”.
  7. Mengajarkan bahwa segalanya adalah demi dan untuk cinta kepada Allah.
  8. Membekali dan mendoakan putranya agar menjadi pemimpin dan panutan ummat.
  9. Membekali kepedulian anak terhadap perjuangan fii sabilillah.

Selain penanaman tauhid kepada anak juga penanaman sedekah untuk orang yang membutuhkan, sahabat bisa mengajarkan kepada anak melalui platform digital melalui Tabungamal.id

Dapat ditegaskan bahwa sesungguhnya Nabi Ibrahim “sepanjang masa belia Ismail” telah mendidik dan membekalinya dengan dasar akidah yang sangat kuat, terencana, dan terdampingi dengan baik. Dari sinilah lahir seorang Ismail yang dengan sabar, ihlas, penuh tawakkal serta optimisme tinggi, gagah, dan tangguh siap mengorbankan apa pun demi ketaatan (ta’abbudiyah) kepada Sang Pencipta dan Pemelihara Alam. Dialah Allah SWT.

Jika sistem pendidikan yang dilakukan Nabi Ibrahim ini diambil sebagai teladan dan diterapkan dalam sistem pendidikan nasional, bisa dipastikan negeri ini menjadi aman, damai, dan terjamin baik oleh Allah SWT. Tentu keteladanan tersebut tidak berlaku hanya bagi insan secara individu, tetapi juga institusi atau lembaga pendidikan yang di pundaknya anak-anak bangsa ini belajar. Semoga Allah SWT memberkahi. (Drs. H. Ali Muaffa)