Kembali
image
Keislaman

Didik Anak Mencintai Masjid

2 tahun yang lalu ● Dibaca 576x

Ketika orang tua hendak bepergian, seringkali anak-anak bertanya, ”Mau ke mana, Abi?” Ketika dijawab, terkadang mereka mau ikut, bahkan bisa merengek, memaksa, dan menangis. Termasuk ketika kita mau shalat berjamaah ke masjid pun mereka ingin ikut. Bukankah demikian?

Apabila hal itu terjadi, alangkah bergembiranya orang tua melihat tanda-tanda anak ingin turut memakmurkan masjid. Hanya saja, masih ada masjid yang kurang memberikan ruang bagi anak usia di bawah lima tahun untuk ikut menyertai orang tuanya shalat berjamaah. Kita pun masih melihat beberapa pengurus masjid yang belum plong dengan pengurus taman pendidikan, Al-Qur’an (TPA/TPQ) dengan berbagai dalih untuk menjaga kekhusyukan ibadah. Alasannya, anak- anak membuat gaduh atau ramai saat pelaksanaan beribadah, tidak bisa menjaga kesucian masjid, banyak bermain air wudhu, sering bermain-main, dan sebagainya.

Tak heran, yang terjadi sekarang banyak masjid yang para muadzinnya adalah orang-orang yang sudah tua dengan lagu dan suaranya yang khas. Ditambah para jamaah shalat yang didominasi kelompok usia tua.

Kalau masalahnya hanya seputar di atas, apa tidak sebaiknya segera dicarikan solusi. Dengan memberikan pemahaman kepada para orang tua yang memiliki anak kecil agar mendampinginya dengan baik sekaligus memperhatikan aspek ketertiban serta kesucian dan najis ketika membawa anak-anak masuk di dalam masjid. Anak juga memiliki kebebasan masuk masjid tanpa pembatasan. Ketika kebiasaan ini muncul dan tertanam pada diri anak bukan mustahil mereka kelak akan senang dan sering melangkahkan kakinya menuju masjid. 

Anak-anak adalah aset yang berharga bagi keluarga dan kejayaan umat di masa depan. Alangkah ruginya bila masa usia emas (golden age) tidak terfasilitasi dengan baik dalam mengembangkan aspek keimanan dan akidahnya. Anak butuh wadah pembiasaan sejak dini mengenal simbol- simbol religiusitas. Mereka butuh pembiasaan mudah melangkahkan kakinya menuju ke masjid dan banyak mengenal nilai-nilai kemasjidan. 

Menjadi kewajiban bagi orang tua untuk menanamkan mencintai masjid sejak usia dini. Mulai dari mengenalkan adab masuk hingga keluar masjid beserta amalan-amalan sunah yang turut mengikuti serta larangan- larangan di dalam masjid.

Bukan sesuatu yang aneh bila dulu anak-anak di kampung banyak yang tidur di masjid dan di mushola, langgar, atau surau. Ketika mereka selesai mengaji atau bertadarus di bulan Ramadhan mereka beramai-ramai membersihkan dan merawat masjid. Bahkan, mereka bergotong royong menyiapkan air wudu dengan menimba air dari sumur atau harus memikul karena tempat sumurnya jauh dari masjid sekadar untuk mengisi dan memenuhi tempat air wudhu (kolah/tandon). 

Sekarang generasi seperti itu jarang kita temui. Inilah PR keluarga muslim menyiapkan generasi yang cinta masjid dan hatinya terkait dengan masjid (rajulun qalbuhu muallaqun bil masaajid).

Dalam satu hadis disebutkan, “Apabila kamu melihat orang yang terbiasa masuk masjid maka saksikanlah bahwa dia beriman karena sesungguhnya Allah telah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 18: “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah-lah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (HR Ahmad dan Tirmidzi). 

Betapa Rasulullah SAW sangat peduli kepada anak ketika berada di masjid. Hingga di dalam shalat pun beliau masih memperhatikan kenyamanan anak yang mengikuti shalat berjamaah bersama orang tuanya dengan tidak memperpanjang bacaan suratnya. Dalam sebuah riwayat Abi Qatadah ra mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku sedang mengerjakan shalat dan mau memperpanjangnya, namun aku mendengar tangis anak kecil. Lalu, aku ringkas (ringankan) shalatku, karena aku tidak senang untuk menyusahkan ibunya” (HR Bukhari).

Kemudian dari Anas bin Malik ra, bahwa Nabi SAW bersabda, “Pada waktu mulai shalat, aku bermaksud untuk memanjangkannya. Tetapi, setelah mendengar tangis seorang bayi, aku memendekkannya. Karena, aku mengetahui betapa perasaan hati ibunya mendengar tangis bayi itu” (HR Bukhari). 

Subhanallah, Rasulullah SAW benar- benar telah memberikan uswah hasanah yang nyata bagaimana semestinya umat ini mengkondisikan masjid sedemikian nyaman dan baik bagi anak-anak. Jangan sampai anak- anak baru saja masuk masjid bersama orang tuanya mereka sudah dilarang karena ini dan itu. 

Semoga kita mampu diberikan kemudahan dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh anak-anak kita menjadi generasi yang mencintai masjid dimanapun dan kapanpun serta senantiasa memakmurkan masjid.