Kembali
image
Keislaman

Melawan Masalah

2 tahun yang lalu ● Dibaca 199x

Seorang kawan yang telah bekerja lebih dari 15 tahun menjadi tenaga pendidik di sebuah perguruan tinggi. Ia memulai karirnya sejak lulus kuliah hingga empat anaknya tumbuh besar, bahkan yang pertama sudah hampir lulus kuliah. 

Dua tahun sebelum lulus kuliah, ia memutuskan untuk menikahi kawan SMP-nya yang secara kebetulan bertemu di bangku kuliah. Maka, tidak butuh waktu lama untuk saling pendekatan, keduanya berhasil meyakinkan kedua orang tuanya untuk memberi restu atas rencana pernikahannya.

Istrinya bekerja di bidang finance dan karirnya cukup lumayan. Sebab, sebagai tenaga baru dirinya telah mendapat fasilitas beasiswa kuliah S-2 dari perusahaanya. 

Beberapa kali ia berkeluh kesah tentang konflik pribadi dengan teman kerjanya. Meski bukan konflik fisik, tetapi ketidaknyamanan sering ia ungkapkan. Konflik berupa perbedaan pendapat, gagal paham satu sama lain berkali-kali ia rasakan. Bahkan, ketidakpuasan sering ia ceritakan. Tak jarang juga mengalami gesekan dengan atasannya. Hal ini diterimanya sebagai ketidak cocokan dan ketidak mampuan atasannya dalam memahami pelaksanaan program yang dikerjakan.

Walaupun perbedaan sebenarnya atau kontradiksi satu orang dengan orang lain atau satu unit dengan unit lain dalam satu lembaga, bahkan dalam komunitas apa pun pasti terjadi konflik, sebagai suatu hal yang lumrah, tetapi ia menanggapinya dengan emosi yang meluap. Sehingga keadaan tersebut dipandang sebagai realita yang memojokkan dirinya, tidak menghargai profesionalitasnya sebagai pemangku tugas dan menjadi ancaman bagi posisi yang didudukinya. 

Memang setiap manusia akan dihadapkan dengan berbagai problema. Sepertinya tiada hari tanpa permasalahan, bahkan setiap sudut hidup kita pun tak akan lepas dari persoalan. Tetapi, bagaimanapun rumitnya sebuah problem, sesungguhnya selalu ada pilihan dalam menentukan cara pandang. 

Cara pandang setiap orang selalu berbeda, sekalipun tampak sama pastilah ada bagian-bagian tertentu yang disembunyikan atau dikompromikan. Cara pandang menentukan pemahaman, cara menganalisis sebuah persoalan yang kemudian berakibat pada pemilihan pemecahan masalah yang diambil.

Ibarat pandangan mata kita, bila terpusat pada satu titik, maka titik yang lain akan terabaikan. Atau bila pendengaran terfokus pada satu sumber suara, maka akan tak terdengar suara apapun yang lain. Gambar yang mana atau sumber suara yang mana yang dijadikan pusat perhatian, itulah pilihan yang kita tentukan sendiri.

Bila gambar lucu yang dipilih, maka yang diperoleh senyum dan tawa, sikapnya menjadi santai dan rileks. Bila gambarnya menyedihkan, maka air mata yang keluar dan tangisan yang keluar dari bibir kita. Bila gambar yang heroik, maka perasaan yang muncul adalah gairah semangat juang.

Sungguh banyak gambar bertebaran di hadapan kita, tinggal pilih yang mana yang sesuai dengan harapan kita. Bila gambar yang lucu, bersiaplah untuk tertawa. Bila gambar sedih, bersiaplah menangis. Bila gambar aksi kepahlawanan, bersiaplah untuk bekerja keras. 

Maka sungguh mereka sangat menderita bila melihat gambar lucu tetapi menangis atau memandangi gambar sedih tetapi malah tertawa. Jalanilah hidup sesuai dengan keadaannya dan pandanglah dari sudut yang membuat dirimu tetap nyaman dan tenang. Sebab, di sudut itulah kesabaran akan memancarkan gelombangnya, yang dengan itu pulalah pertolongan Allah akan datang menghampiri. Wallahu a’lam bisshawab. (Ust. Mim. Saiful Hadi)