
Mekar Indah Seperti Peony
Anak laki-laki itu berjalan bersama ayahnya dengan penuh ruang gembira, namanya Aldi, anak terakhir dari tiga bersaudara. Dua kakaknya memasuki masa perkuliahan dan hampir memasuki usia kerja. Sehari-hari Aldi memiliki rutinitas di rumah, sehabis subuh mendengarkan cerita-cerita dari ayahnya, kebiasaan ini sudah terbangun dari Aldi kecil. Tidak hanya Aldi, kakanya juga merasakan hal yang sama, ayah bercerita mengenai salah satu sahabat nabi, cerita inspiratif, atau cerita yang membuat diri semangat meskipun fiksi.
Aldi duduk tepat berada di depan kakak pertama, giliran bercerita saat ini ayah. Sesibuk apapun ayah Aldi akan menyempatkan untuk berbicara dengan anak-anaknya. Sebab ayahnya tidak mau anak-anak merasakan seperti tidak memiliki sosok ayah, sebisa mungkin menyempatkan waktu bersama keluarga.
Saat lalu lalang di depan pintu kamar, Aldi tidak sengaja mendengarkan percakapan ibu dengan ayahnya.
“Ayah, kalau bekerja untuk siapa?” Ibu bertanya dengan penuh kelembutan.
“Iya, untuk keluarga Ibu, masak iya untuk yang lain.” jelas ayah sembari memegang tangan ibu.
“Kalau memang benar ini untuk keluarga, jangan sampai ayah juga lupa untuk dekat dengan anak-anak kita. Meskipun uang untuk keluarga, tetapi keluarga sendiri terlantarkan itu sama saja gak peduli dengan keluarga. Kita mencoba belajar untuk membangun, menjaga, dan merawat bersama-sama keluarga ini.” sembari pandangan mata ibu tajam tetapi penuh kehangatan.
Ayah tidak ada kata yang terucap, anggukan kepalanya mengisyaratkan bahwa ia mengerti yang disampaikan oleh ibu. Aldi mulai beranjak dari kamar dan melanjutkan aktivitas mereka.
Aldi termenung sendiri, bagaimana ia mulai tersadar bahwa pengorbanan orang tua sangat besar bagi keluarga. Seperti pohon diterpa angin, pohon selalu tabah dan tak pernah marah pada angin. Pohon itu diibaratkan seperti orang tua, mereka memberikan kasih sayang secara penuh kepada anak-anaknya.
Rentetan kejadian yang dialami oleh Aldi akan selalu memberikan refleksi di buku tulis ataupun komputer miliknya, untuk memberikan semangat dan muhasabah diri. Ayah Aldi memberikan cerita perjuangan di pagi hari tadi, semua kejadian yang telah dilalui dirangkai menjadi satu. Aldi memberikan kesimpulan, bahwa Allah SWT sangat menyayangi hamba yang dekat kepada-Nya.
Aldi teringat arti dari Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 186,
Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
Dia menatap bunga peony yang ada di mejanya sembari nampak rekahan senyum, bunga peony melambangan cinta dan kasih sayang. Betapa bahagianya Aldi terlahir dari keluarga yang mengajarkan dia dengan penuh kasih sayang, menahan amarah, dan memaafkan saudara apabila terdapat kesalahan.
Ayah selalu memberikan nasehat kepada Aldi, “Ingat selalu perkataan ayah, zaman dulu Rasulullah SAW menyampai ajaran agama Islam dari Allah SWT dengan penuh kelembutan. Jadi sebagai umat Nabi Muhammad SAW kita juga harus meneladaninya.”
Aldi termenung, menyaksikan kisah-kisah masa lampau yang masih berlarian di pikirannya. Dia duduk di kursi beralaskan bantal, ditangannya ada buku, tetapi pikirannya sedang berlarian entah kemana.