
Malaikat Jibril : Kain Kafan Ini untuk Khadijah
Dahulu kala, dua pertiga wilayah Kota Makkah adalah milik Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW. Ia perempuan bangsawan yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekayaan. Hidupnya penuh kecukupan dalam kemewahan.
Beliau suka berdagang ke kota-kota di besar di tanah Arab. Misalnya, Syria, Palestina, Jordania, dan Yaman di selatan Arab Saudi. Kekayaan itu habis ketika akan wafat. Semua
kekayaannya telah digunakan untuk dakwah Rasulullah SAW. Tidak ada selembar kain pun dia miliki. Bahkan, baju yang dikenakannya di saat menjelang ajal adalah pakaian kusam yang menurut para ulama ada 83 tambalan.
Dalam keadaan seperti itu, Khadijah berkata kepada Fatimah, ”Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Khadijah kepada Fatimah sesaat menjelang ajal.
Kemudian Khadijah melanjutkan perkataannya, “Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri,” tutur Khadijah yang disambut dengan titisan air mata.
Sebelum itu disampaikan, Rasulullah Muhammad SAW berkata, ”Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu dan telah dipersiapkan tempatmu di surga,” kata Rasulullah.
Mendengar jawaban Rasulullah SAW itu, ibu kaum mukminin tersebut mengembuskan napas terakhirnya di pangkuan Rasulullah SAW. Didekapnya sang istri dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Rasulullah SAW dan semua orang yang ada di situ.
Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.
Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, ”Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?”
”Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali, dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.
Rasulullah bertanya, ”Kenapa, ya Jibril?”
“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.
Rasulullah SAW berkata di dekat jasad Khadijah, ” Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak akan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha mengetahui semua amalanmu”.
”Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”
Para sahabat yang ada disekitar Rasulullah SAW ikut menangis mengetahui hal itu. Rasulullah SAW mengenang istrinya semasa hidup. Khadijah istri yang dicintainya telah tiada untuk selama-lamanya. (za/dari berbagai sumber)