
Lima Golongan Penghuni Surga
Maqolah dari Umar bin Khattab Ra. Sesungguhnya ia berkata:
“Seandainya tiada kekhawatiran dianggap mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya aku bersaksi bahwa golongan berikut adalah penghuni surga, yakni fakir yang mempunyai tanggungan (keluarga), istri yang diridhoi suaminya, istri yang menyedekahkan mahar suaminya, orang yang diridhai kedua orang tuanya, dan orang yang bertaubat dari dosa.”
Golongan pertama, fakir yang mempunyai tanggungan keluarga harus menghidupi dengan menjalankan dengan ketabahan, kesabaran dan keikhlasan menjalaninya. Berusaha untuk menghidupi tanpa ada rasa penyesalan di dalam hati, perjuangan tersebut untuk menghidupi keluarga dihitung pahala kebaikan oleh Allah SWT.
Setiap kebaikan sekecil apapun akan dihitung oleh Allah SWT, apabila kita dalam kondisi susah atau sedang dalam kondisi terendah, ingat bahwa kita masih ada Allah yang selalu berada di dekat kita dan akan membantu masalah yang kita hadapi. Dengan berusaha pasti nanti kita akan mendapatkannya.
Selanjutnya golongan penghuni surga kedua, istri yang diridhoi oleh suami. Kebaikan yang dilakukan oleh istri selayaknya melalui persetujuan suami, karena suami menjadi imam di dalam keluarga.
Diridhoi memiliki beberapa pemaknaan, salah satunya dengan cara berbakti sesuai dengan porsi dan kapabilitas untuk membangun sebuah rumah tangga. Dengan membangun rumah tangga yang harmonis sesuai dengan tuntunan agama Islam, hasil akhirnya ialah yang membawa keduanya baik istri atau suami mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Golongan ketiga, istri yang menyedekahkan mahar. Mahar menjadi milik hak istri, hendak mau diapakan mahar tersebut, suami tidak memiliki hak untuk melarang dan dibuat apa mahar tersbebut. Namun, mengaca pada maqolah Umar bin Khattab ra. untuk meringankan dan membantu ekonomi keluarga yang sedang dalam kesulitan. Jika memiliki konteks yang berbeda, dapat dilakukan untuk kebutuhan yang lebih bermanfaat guna menunjang masa depan rumah tangga.
Golongan keempat, orang yang diridhoi kedua orang tuanya. Kita sudah memahami semuanya, bahwa surga kita berada di telapak kaki ibu (orang tua). Maksdnya sejatinya kita sebagai anak harus berbakti kepada mereka dan jangan sekali-kali membuat hati mereka sakit, bagaimanapun Allah SWT sangat membenci hamba-Nya yang menyakiti kedua orang tua.
Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kita untuk berbakti kepada orang tua, bahkan jangan sampai kita berkata ah yang termaktub di dalam Al-Quran surah Al-Isra’ ayat 23 dan 24.
Golongan penghuni surga yang terakhir, yakni orang yang bertaubat dari dosa. Bahwasanya Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa itu seperti orang yang tidak memiliki dosa.” (HR. Baihaqi)
Hadist tersebut memberikan gambaran bahwa Allah Swt. Maha Pemberi Ampunan, seburuk apapun perbuatan kita di dunia ketika kita hendak kembali kepada Sang pencipta, Allah Swt akan membuka pintu-pintu taubat selebar mungkin. (redaksi LAZIS Nurul Falah)