
Komunikasi Efektif Orang Tua dan Anak
Ada berita di sebuah radio ternama di Surabaya yang cukup membuat para orang tua semakin waswas. Menurut sumber radio tersebut, “Menerima laporan tiga remaja perempuan yang meninggalkan rumah atau “minggat” karena masalah keluarga. satu diduga kabur bersama pacarnya dan membawa uang puluhan juta milik orang tua asuhnya. Dua lainnya pergi dari rumah setelah berselisih dengan orang tuanya.
Sebagai orang tua, kita tentu sangat miris mendengar berita itu. Terlebih di era digital dan sosmed yang ambyar saat ini. Maka, orang tua di masa sekarang ini butuh bekal lebih banyak dalam pendekatan berkomunikasi efektif menghadapi putra-putrinya’
Komunikasi adalah proses penyampaian atau pertukaran informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak ke pihak lain baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi secara verbal dapat dilakukan berupa kata-kata yang disampaikan, sementara nonverbal contohnya perubahan wajah kita dengan kerutan dahi yang dapat membuat orang lain mengetahui bahwa ia sedang marah atau lainnya. Dalam komunikasi, tidak hanya terjadi pertukaran informasi saja, namun juga kesepahaman di antara kedua pihak. Hal inilah yang dinamakan komunikasi efektif.
Komunikasi efektif berarti komunikator (sender) dan komunikan (recever) sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Komunikasi dikatakan efektif jika pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan. Ada perbuatan timbal balik yang dilakukan secara sukarela oleh penerima pesan dan dapat meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi dan tidak ada hambatan.
Komunikasi efektif merupakan hal yang penting dan kompleks bagi semua pihak. Begitu pula dalam hubungan orang tua dengan anak. Penting bagi orang tua untuk menciptakan komunikasi terbuka dan efektif dengan anak demi terciptanya hubungan yang baik.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya komunikasi efektif antara orang tua dan anak, antara lain anak dapat belajar bagaimana berkomunikasi efektif karena melihat yang orang tua mereka lakukan. Dengan komunikasi efektif, anak merasa didengarkan dan dipahami sehingga dapat menumbuhkan penilaian positif dan penghargaan terhadap anak itu sendiri. Hal ini tentunya dapat menumbuhkan kepercayaan dalam diri anak.
Sebaliknya, komunikasi yang tidak efektif akan menciptakan perasaan tidak berharga atau tidak penting dan tidak dipahami. Anak-anak pun dapat melihat orang tua mereka sebagai sosok yang tidak dapat membantu dan dipercaya. Hal ini, berdampak cukup tragis bila terjadi bagi anak.
Dengan terciptanya komunikasi efektif antara orang tua dan anak, anak lebih memahami harapan orang tua dan mereka akan cenderung berperilaku sesuai dengan harapan tersebut. Begitu juga sebaliknya.
Dalam komunikasi efektif, terdapat beberapa keterampilan utama yang harus dimiliki orang tua, yaitu keterampilan mendengarkan dan memahami dengan baik, untuk kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang saling memiliki keterkaitan dan mengarah pada suatu kesepakatan, solusi atau ketenangan masing- masing pihak (orang tua-anak).
Dengan demikian, tujuan yang ingin diraih dari komunikasi efektif dalam keluarga adalah solusi terbaik sebuah kelekatan hubungan kekeluargaan, bukan saling menyalahkan, apalagi menghakimi. Harapannya adalah ketenangan, keutuhan, dan keharmonisan dalam keluarga.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua demi tercapainya komunikasi efektif dengan anak.
Pertama: Orang tua diharapkan menjadi role model/uswah hasanah bagi anak dalam hal mendengarkan ketika anak sedang berbicara. Dengan didengarkan, ini dapat membuat anak merasa penting. Selain itu, orang tua dapat melibatkan empati ketika sedang berbicara dengan anak.
Kedua: Sebaiknya tidak membuat asumsi pribadi. Jika ada yang tidak jelas atau tidak yakin, sebaiknya dikonfirmasi atau ditanyakan kembali.
Ketiga: Tidak langsung memotong dan men-judge anak. Hal ini agar anak merasa ia diperhatikan dan didengarkan ketika berbicara.
Keempat: Pahami situasi dan keadaan, juga pertimbangkan suasana hati anak, untuk dapat mengetahui waktu yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak. Alhamdulillah bila komunikasi tersebut bisa dilakukan manakala orang tua dan keluarga bisa shalat berjamaah di rumah. Usai berdoa Bersama, bisa dilanjutkan berdialog dari hati ke hati tentang permasalahan yang dihadapi, insyaallah dengan penuh optimistis mencari rida Allah akan ada solusi terbaik. Hal ini bertujuan agar lebih dapat memahami keinginan anak dan anak pun dapat merasa lebih dipahami dan dimengerti betapa ortu sangat mencintai dan menyayangi sehingga ia bisa lebih terbuka.
Kelima: Sebaliknya, berkomunikasilah secara terbuka dan sehat tanpa memiliki kecurigaan mengenai apa yang akan diutarakan oleh anak, bagaimana ia mengomunikasikannya.
Ada pula hal yang harus dihindari orang tua dalam berkomunikasi.
Pertama: Kritikan terhadap ide, perasaan, pemikiran anak, atau diri anak sendiri. Kritikan dapat dilihat anak sebagai serangan terhadap dirinya dan bisa membuat anak memiliki self- esteem yang rendah.
Kedua: Membahas kesalahan yang pernah dilakukan anak sebelumnya. Sebaiknya ketika suatu masalah sudah clear, orang tua tidak perlu membahasnya, apalagi mengungkit kembali. Hal ini dapat mengajarkan perasaan dendam atau menyimpan kesalahan orang lain dalam waktu yang lama.
Ketiga: Mengarahkan dan mendikte anak bagaimana harus menyelesaikan permasalahan. Hal ini dapat membuat anak kurang memiliki kemampuan untuk dapat mengontrol hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Selain itu,hal ini juga membuat anak kurang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, padahal hal ini sangatlah penting dimiliki anak. Anak pun bisa merasa bahwa orang tua mereka tidak menaruh kepercayaan terhadap mereka sehingga selalu diarahkan. Melakukan hal-hal yang membuat anak merasa rendah diri atau bersalah, seperti menyalahkan. Hal ini tentunya dapat membuat anak merasa tidak dihargai, dicintai, dan berpengaruh terhadap self-esteem anak sendiri. (Drs. H. Subiyanto)