
Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu dari empat bulan haram (dimuliakan) didalam Agama Islam. Tiga bulan lainnya ialah Muharram, Rajab, dan Dzulqa’dah. Dibanding bulan-bulan lainnya, hanya Dzulhijjah yang didalamnya terdapat empat jenis ibadah penting sekaligus, yakni puasa, haji, shalat Idul Adha, dan kurban. Setiap ibadah memiliki ketentuan dan keutamaannya sendiri.
Dzulhijjah disebut sebagai salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di dalamnya terdapat kewajiban haji bagi yang mampu menunaikannya. Sementara orang yang tidak mampu dianjurkan memperbanyak amalan sunnah lainnya seperti qurban, sedekah, shalat, dan puasa.
Hampir semua orang muslim tahu bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah waktu spesial untuk beribadah dan didalamnya ada malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan. Namun tak semua tahu bahwa ada sepuluh hari lainnya yang juga tak kalah spesial, bahkan diperdebatkan di kalangan Ulama'. Apakah ia lebih utama dari sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan tersebut. Sepuluh hari yang lain ini adalah sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah.
Menurut para ahli tafsir, sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah disinggung keberadaannya dalam tiga ayat Al-Qur’an, yakni:
“Demi Fajar dan sepuluh hari,” (QS Al-Fajr: 1-2).
“Dan Kami menyempurnakannya dengan sepuluh hari,” (QS. Al-A’raf: 142).
“Dan mereka berzikir pada Allah di hari-hari yang telah diketahui,” (QS. Al-Hajj: 26)
Sepuluh hari dan hari-hari yang telah diketahui dalam ayat-ayat di atas oleh banyak Ulama ditafsirkan dengan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa keistimewaan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah ini bahkan tak bisa disaingi oleh jihad. Beliau bersabda “Tak ada amal yang lebih utama daripada yang dilakukan di hari ini.’ Para sahabat berkata ‘Tidakkah jihad juga’ Rasul menjawab ‘Tidak juga jihad, kecuali seorang yang pergi memerangi musuh dengan jiwa dan hartanya kemudian kembali tanpa membawa apapun.’” (HR. Muslim).
Syekh Ibnu Katsir juga mencatat bahwa para ulama berbeda pendapat tentang mana yang lebih utama antara sepuluh hari terakhir bulan puasa yang memiliki lailatul qadar dengan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini. Sebagian ulama mengunggulkan sepuluh terakhir Ramadhan dan sebagian lagi mengunggulkan sepuluh hari Dzulhijjah. Pendapat lainnya mencoba mengakomodasi semua dalil yang ada sehingga kesimpulannya adalah untuk ibadah malam hari maka lebih utama malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan, tapi untuk ibadah siang harinya lebih utama sepuluh hari pertama Dzulhijjah (Ibnu Katsir, Tafsir Ibn Katsir, vol. V, hal. 416).
Karena itu, maka sebaiknya hari-hari istimewa ini jangan dibiarkan lewat begitu saja tanpa amal ibadah. Sebagai patokan sederhana hanya perlu diingat bahwa sepuluh hari sebelum hari raya, baik Idul Fitri mau pun Idul Adha, adalah hari-hari spesial di mana umat Islam akan memanen pahala bila menggiatkan ibadah di saat tersebut. Wallahua’lam. (bms)