Kembali
image
Keislaman

Ketika Angan Justru Jadi Penghalang

8 hari yang lalu ● Dibaca 119x

Pernah nggak kamu bilang, “Andai saja aku dulu ambil jurusan A…”, atau “Coba kalau aku nggak berhenti waktu itu…”? Berandai-andai memang terdengar sepele, tapi tanpa sadar bisa menyusup ke dalam hati dan bikin kita lesu, lemah, dan jauh dari semangat hidup. Alih-alih jadi motivasi, angan-angan ini malah bisa bikin kita stuck.

Padahal, Islam mengajarkan umatnya untuk jadi pribadi yang tangguh, realistis, dan semangat dalam menjalani hidup. Nggak larut dalam penyesalan atau harapan kosong. Rasulullah SAW bahkan pernah menegur para sahabat agar tidak terlalu sering mengucap “andai saja...”.

Apa Sih Bahayanya Berandai-andai?

Berandai-andai bisa membuat seseorang kehilangan semangat untuk bertindak. Saat pikiran sibuk memutar ulang masa lalu atau membayangkan skenario ideal yang tak terjadi, hati dan tubuh bisa jadi kehilangan energi.

Rasulullah SAW bersabda: “Jika engkau tertimpa sesuatu, maka janganlah engkau mengatakan: ‘Seandainya aku melakukan ini, tentu akan terjadi demikian dan demikian.’ Tetapi katakanlah: Qaddarallāhu wa mā syā’a fa‘ala (Allah telah menakdirkan dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan), karena ‘andai’ membuka perbuatan setan.” (HR. Muslim no. 2664)

Dalam hadits ini jelas, bahwa “andai” bisa jadi celah setan untuk menyusupkan rasa penyesalan yang berlebihan atau khayalan kosong. Dan seperti yang kita tahu, dari penyesalan bisa tumbuh putus asa, dari khayalan bisa lahir rasa malas bertindak.

Nggak semua bentuk “berandai-andai” itu salah. Kalau masih dalam konteks evaluasi dan pembelajaran, misalnya, “Andai aku belajar lebih rajin kemarin, mungkin hasilnya bisa lebih baik. Maka ke depan aku akan belajar lebih fokus,” itu bisa jadi positif. Tapi, kalau hanya sekadar membayangkan dan meratapi yang sudah berlalu, ya jelas merugikan.

Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam Madarijus Salikin bahwa salah satu tipu daya syaitan adalah membuat manusia terlena pada masa lalu dengan rasa sesal yang berlebihan. Ini membuat manusia enggan maju dan berbuat yang lebih baik. Jadi, meski terdengar ringan, berandai-andai bisa jadi awal dari kemalasan spiritual dan mental.

Kenapa Kita Sering Terjebak dalam Andai-andai?

Karena kita manusia. Wajar kok kalau kadang merasa gagal dan berharap bisa mengubah sesuatu. Tapi, yang jadi masalah adalah saat kita terlalu sering hidup dalam kemungkinan, bukan kenyataan.

Fenomena ini biasa terjadi ketika:

  1. Mengalami kegagalan atau penyesalan masa lalu
  2. Melihat kesuksesan orang lain
  3. Terjebak rutinitas yang melelahkan

Tapi tenang, Islam tidak pernah membiarkan umatnya larut dalam kelesuan. Justru Islam datang sebagai petunjuk untuk bangkit dan terus berikhtiar.

Allah SWT berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

"Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra’d: 11)

Ayat ini mengajarkan kita untuk bergerak, bukan meratap. Untuk berbuat, bukan sekadar berandai-andai.

Umat Islam Itu Pejuang, Bukan Pemimpi Kosong

Kalau kita buka kembali sejarah Islam, para sahabat Rasulullah SAW adalah orang-orang yang hidup dalam kenyataan, tapi tetap optimis. Mereka tidak menyandarkan harapan pada “seandainya”, melainkan pada kerja nyata dan doa kepada Allah SWT.

Contoh nyata: dalam Perang Badar, jumlah umat Islam jauh lebih sedikit dibanding pasukan musyrik. Tapi bukan “andai saja kita punya pasukan lebih banyak” yang mereka ucapkan. Yang mereka lakukan adalah bertawakal dan bertindak. Hasilnya? Kemenangan berpihak kepada umat Islam.

Lalu, Apa Solusinya Kalau Kita Sudah Terjebak “Andai-andai”?

  1. Kuatkan keyakinan pada takdir Allah. Yakin bahwa semua sudah ditakar dengan sempurna. Termasuk hal yang menurut kita buruk, bisa jadi itu yang terbaik di mata Allah.
  2. Alihkan energi ke aksi nyata. Daripada meratapi masa lalu, mending bikin langkah baru. Mau memperbaiki ibadah? Mulai sekarang. Mau sehat? Bergerak. Mau sukses? Belajar dan berusaha.
  3. Perbanyak doa dan dzikir. Salah satu cara membersihkan hati dari keluh kesah masa lalu adalah dengan mendekat kepada Allah.
  4. Bangun mindset optimis. Ubah kalimat “Seandainya aku bisa…” jadi “InsyaAllah aku akan…”. Itu akan sangat mengubah arah hidupmu.

“Berandai-andai” kadang muncul sebagai pelarian. Tapi pelarian bukan solusi. Yang kita butuhkan bukan imajinasi, tapi langkah nyata. Umat Islam bukan generasi yang lemah dan penuh keluhan. Kita diajarkan untuk iqra’—membaca, berpikir, dan bertindak.

Jadi, yuk mulai sekarang, buang kalimat “andai saja…” dari kamus hidup kita. Ganti dengan “bismillah, aku mulai…” atau “InsyaAllah, aku bisa…”

Ingat, hidup itu tentang sekarang, bukan tentang seandainya.