Kembali
image
Keislaman

Islam dan Pendidikan Karakter

3 tahun yang lalu ● Dibaca 388x

Hadirnya Islam di tengah keterpurukan masyarakat dan bangsa di dunia menarik untuk menjadi bahan kajian. Sebab, sungguh sangat sulit mengatur dan mengubah bangsa yang telah membudaya dengan gaya hidupnya dengan julukan jahiliyah menjadi bangsa yang marhamah. Konsep dan teori apa yang mampu mengubah kondisi tersebut.

Bagaimana mengubah pola pikir hidup dari sifat penguasa menjadi pengayom, dari rakus dan egois menjadi penolong dan seterusnya, adalah suatu tugas yang tidak mudah. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW (yang justru secara umum tidak dikehendaki oleh masyarakat pemegang gelar jahiliyah) justru menjadi kenyataan bahwa bangsa yang rapuh itu bisa berubah baik dan bahkan perubahan itu bersifat dan bersekala dunia. Bagaimana Islam mampu membawa perubahan yang sangat baik ke dalam tatanan masyarakat yang ideal.

Allah berfirman, “Dan tidak aku utus Muhammad melainkan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.” Islam mengawali dengan moto besar: “Rahmatan lil ‘alamin” kemudian diterjemahkan dengan kebijakan yang menata kehidupan secara sempurna, baik dari sisi kemasyarakatannya, ekonominya, maupun segi yang lain. Kebijakan strategis Islam dalam membangun masyarakat yang baik adalah melalui pendidikan karakter.

Semua bawaan kebiasaan dan budaya yang merusak yang telah menjadi karakter di masa yang lalu diubah menjadi karakter yang baik. Pendidikan karakter yang dicanangkan Rasulullah SAW ini dipelopori Nabi sendiri, sedangkan asisten dan partnernya adalah empat sahabat utama. Setiap yang beliau katakan, ucapkan, dan lakukan tiada lain selalu menjadi teladan yang baik oleh masyarakat.

Beberapa contoh pendidikan karakter Islam yang diajarkan Baginda Nabi SAW kepada masyarakat zaman jahiliyah antara lain :

Jika orang-orang kafir memarahi Nabi SAW karena beda prinsip dalam aqidah, Nabi menunjukkan sikap yang jembar/ luas hatinya, tenang dan tidak emosional. Hal ini Nabi SAW telah mengajarkan kesabaran kepada orang kafir tersebut agar mau berubah menjadi orang yang baik. Perbedaan pendapat dalam akidah memang sesuatu yang prinsip, tetapi Nabi dalam sementara waktu menghormati sikap orang kafir tersebut karena perubahan memang memerlukan waktu. Maka tidak jarang Nabi menyampaikan kepada sahabat bahkan malaikat untuk bersabar bahwa proses mengubah kepada kebaikan memang perlu waktu.

Di saat Nabi SAW disakiti dan diludahi jasadnya oleh orang kafir, beliau memaafkannya. Sebab, yang disakiti cuma badannya, bukan agamanya. Dengan sikap ini, Nabi SAW mengajak orang kafir untuk terbuka hatinya mengakui kesalahan dalam berakidah selama ini dan mengajak bertobat untuk kemudian memeluk agama Islam. Nabi SAW membuka mata hati mereka bahwa tidak ada kata tertutup untuk bertobat.

Ketika Nabi SAW disuap dengan harta, wanita, dan tahta agar berhenti berdakwah, beliau justru mengajarkan bahwa menegakkan kebenaran itu tidak bisa dibeli. Sebab, kebenaran inilah yang akan menolong semua manusia dari segala kesengsaraan. Menyembunyikan kebenaran di bawah kesalahan bakal melahirkan kesesatan dan kesengsaraan, maka kebenaran harus ditegakkan tidak bisa dipatahkan oleh suap, dan janganlah suap menjadi raja kehidupan. Nabi SAW mengingatkan bahwa “penyuap dan yang disuap kedua-duanya masuk dalam neraka”.

Masih banyak contoh pendidikan karakter yang dilakukan Nabi SAW kepada masyarakat melalui pendekatan problem solving, pendampingan masalah, pencerahan hati, dan lain-lain. Pendidikan karakter inilah sebagai salah satu komponen penting mengubah masyarakat berbudaya jahat menjadi orang yang baik, penolong, kasih sayang, dan sebagainya.

Sementara komponen penting lainya adalah dari dalam diri Nabi sendiri “yang memiliki predikat dan kompetensi kepemimpinan yang unggul, memiliki kemauan kuat dalam mendidik masyarakat menjadi baik, mampu menjadi teladan dalam segala ucapan dan perilaku”. Semoga kita mampu meneladani Nabi SAW. (Drs. H. Ali Muaffa, M.Ag.)

Islam dan Pendidikan Karakter