Kembali
image
Keislaman

Iduladha: Memaknai Ibadah Qurban

2 bulan yang lalu ● Dibaca 334x

Ibadah qurban dalam bahasa Arab merujuk pada akar kata ( قرب - يقرب - قربا - وقربانا ) yang berarti ”dekat”, yakni media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengerjakan sebagian perin- tah-Nya dengan menyembelih binatang ternak yang dagingnya dibagikan kepada masyarakat, khususnya kaum lemah (fakir dan miskin). Semen- tara kurban dalam istilah agama disebut “udhhi- ) ضحية ( ”bentuk jamak dari “dhahiyyah ,) الاضحية ( ”yah berasal dari kata “dhaha” (waktu dhuha), yaitu sem- belihan ternak yang dilakukan pada waktu dhuha mulai tanggal 10, 11, 12 hingga 13 bulan Dzulhijjah. Dari sini kemudian muncul istilah Idul Adha. 

Qurban dalam Islam memiliki makna yang luhur karena menyembelih binatang ternak adalah simbol menyembelih sifat kebinatangan yang berada dalam diri manusia. Sifat-sifat kebinatangan inilah yang harus dibunuh atau dihilangkan dari hati manusia. Sebab, sifat-sifat tersebut dapat merusak pola hubungan yang harmonis antara manusia denganTuhan ataupun dengan sesama makhluk lainnya. 

Apabila sifat kebinatangan ini dibiarkan bersemayam dalam hati, manusia tidak akan kenal malu dan tega untuk menyerang bahkan membunuh sesama. 

Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin (I/33) menjelaskan bahwa hati manusia merupakan tempat perkumpulan antara sifat malaikat, sifat binatang buas, sifat hewan, dan sebagian sifat ketuhanan. Adapun sifat binatang buas misalnya senang bermusuhan, pemarah, menyerang dan memakan sesama, baik secara fisik maupun psikis seperti menekan, mengintimidasi menggunjing, memfitnah dan sebagainya. Sementara sifat hewan antara lain rakus, tidak tahu malu, tidak mengenal sopan santun, senang mengumbar nafsu, dan sebagainya. 

Dengan memaknai ibadah kurban ini, diharapkan manusia dapat bersikap saling asih dan peduli terhadap sesama sebagai bentuk ikhtiar manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Hal ini diwujudkan dengan menyembelih sifat kebinatangan pada hati manusia serta berbagi nikmat dan rezeki (daging kurban) kepada Masyarakat, terutama kaum yang lemah (fakir dan miskin) untuk keberlangsungan hidup yang sehat, tenteram, dan kondusif. 

Penulis: Imam Syafi’i, S.H.I., M.H (Asisten Direktur LAZIS NF)

Iduladha: Memaknai Ibadah Qurban