
Hidup Penuh Syukur Dengan Al-Quran
Kehidupan manusia selalu berhadapan dengan 3 kemungkinan yaitu selalu mensyukuri nikmat Allah, selalu mengkufuri nikmat atau terkadang syukur dan terkadang kufur nikmat, meskipun semua insan sudah paham bahwa jaminan bagi orang yang mau bersyukur adalah bahagia dunia akhirat dan sebaliknya akibat seseorang kufur nikmat adalah susah di dunia dan susah di akhirat.
Dalam firmanNya, Allah SWT juga memerintahkan kita untuk bersyukur: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12).
Jadi, Insan mau bersyukur atau kufur nikmat, maka Allah tetap Maha kaya. Makna bersyukur di dalam Islam diantaranya adalah :
Imam Asy-Syaukani, “Bersyukur kepada Allah adalah memuji-Nya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan, dengan cara melakukan ketaatan kepada-Nya”.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa: “Syukur haruslah dijalani dengan hati, lisan, dan anggota badan. Adapun al-hamdu hanyalah di lisan”.
Ibnul Qayyim, (‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin), bahwa rukun syukur ada tiga yaitu:
1. Mengakui segala nikmat datangnya dari Allah
2. Memuji Allah atas segala nikmat yang diberikan.
3. Meminta tolong untuk menggapai ridha dari Allah dengan memanfaatkan nikmat dalam ketaatan
Dapat diambil kesimpulan bahwa Syukur adalah penyeimbang pemberian, Syukur adalah memperlihatkan (ngetokno: jawa) bahwa kita telah mendapat dan diberi sesuatu, Syukur adalah menjadi sebab datangnya pemberian, apa yang ada pada kita tidak ada satupun hingga setengah helai rambut pun, kecuali semuanya adalah pemberian Allah, diminta atau tidak Allah tetap akan memberikan apapun kepada kita.
Dengan pemberian Allah, berupa rambut yang indah seseorang bisa ternama (tenar), dengan suara yang merdu orang dapat berkah, dengan performa yang menarik orang dapat kerja yang mapan dan dengan kerja itu dia dapat harta dan kekayaan dan dari kekayaan tersebut orang dapat membeli kebutuhan, dengan kecantikannya (walaupun cantik sangat relative) seseorang menjadi Percaya Diri dan dengan PD itu seseorang merasa bahagia, dan seterusnya, kemudian dengan semua pemberian Allah tersebut dapat membuat insan menjadi hidup dan bahkan kaya.
Semua yang tersebut di atas adalah pemberian dariNYA tidak ada yang diperoleh dengan beli bahkan tidak bisa dibeli, Allah hanya meminta kepada insan, kita semua cukup dengan bersyukur dan tau diri bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian Allah, hebatnya lagi subhanallah, siapa yang bersyukur bakal ditambah kenikmatannya oleh Allah baik berupa materi maupun non materi baik pemberian tersebut terlihat dengan kasat mata maupun pemberian yang tidak kasat mata seperti rasa tentram dalam hidupnya, rasa senang, badan terasa sehat dan ringan (enteng: jawa) dan Bahagia.
Walhasil Syukur merupakan kejujuran seseorang untuk menyadari dan atau faham bahwa yang dimiliki adalah pemberianNYA dan wajib disyukuri, sebab dengan Syukur tersebut insan pasti berbahagia, tiada bahagia bagi orang yang tidak mampu bersyukur dan bersyukur adalah Bahasa hati bukan Bahasa lisan, maka jika ada orang bersyukur termasuk berupa ucapan dan ucapan tersebut lahir dari hati, maka dia saat itu merasa Bahagia, sebaliknya siapa saja yang bersyukur tetapi redaksinya tidak dari dalam hati yang suci maka kebahagiaannya juga semu.
Bersyukur adalah sarana dan media menjadikan orang bisa berbahagia, rasa syukur itu menempel pada setiap keadaan, bersyukur adalah jati diri bagi yang mampu bersyukur. Bersyukur adalah tanda bahwa kita sudah bahagia, maka penyebab bersyukur tidak mesti sama antar insan, ada yang bersyukur sebab senang dengan jumlah hartanya yang melimpah, ada yang bersyukur sebab putra- putranya telah tuntas menjadi sarjana, ada yang bersyukur sebab bisa memberikan donasi dan ambil bagian dalam pembangunan sarana ibadah, demikian pula ada yang bersyukur sebab berkesempatan mengambil anak yatim sebagai anak angkatnya, bahkan ada orang yang bersyukur sebab sekedar menjadi guru Al Quran.
Kemudian ada yang bersyukur sebab kaya dan sekaligus menjadi guru Al Quran, sebagai contoh ada pihak mengajar Al Quran kepada seseorang, maka pihak pengajar ini merasa Bahagia, dia merasa optimis bahwa setiap yang diajar tersebut disaat sholat (fardhu dan sunnah) maka terkirim pahala kepadanya dan demikian seterusnya manakala yang diajar tersebut membaca Al Quran kapan dan dimanapun. Untuk mencapai titik kebahagiaan tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan beribadah sesuai syariat Islam.
Dalam kitab Nashoihul ‘Ibad: orang yang bahagia menurut pandangan Islam memiliki tiga ciri-ciri, yaitu berhati alim, berperilaku sabar dalam menghadapi cobaan, dan selalu bersyukur dengan apapun yang dimilikinya. Allah SWT berfirman:
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS Al-Fath:4).
Semoga kita termasuk orang yang bersyukur baik dengan lisan maupun dengan perbuatan dan tentunya menjadi orang yang bahagia. Wallahu A’lam.
Penulis : Drs. KH. Ali Muaffa, M.Ag (pengasuh Pondok Pesantren Al-Quran Nurul Falah)