
Hakikat Menunaikan Rukun Islam Kelima
Ibadah haji merupakan kewajiban seorang muslim sebagai pengamalan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, puasa di bulan Ramadhan, menuaikan zakat dan haji bagi yang mampu.
Di era modern sekarang ini, dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang transportasi, komunikasi, informasi serta fasilitas properti gedung yang mentereng megah, rukun Islam kelima ini makin populer di seantro jagat raya. Hal ini seiring dengan perkembangan pemeluk agama Islam yang terus tumbuh. Berdasarkan data terbaru menurut Pew Researh Center, jumlah penduduk muslim mencapai dua miliar manusia lebih sedunia. Ini setara dengan 25 persen populasi penduduk dunia.
Bagi masyarakat muslim pada umumnya dan Nusantara khususnya, haji merupakan ritual yang sangat dirindukan. Kehadirannya ditunggu-tunggu. Mereka berjuang dengan segala upaya agar cita-cita luhur itu dapat terlaksana. Untuk bisa menunaikannya, seorang muslim menunggu jadwal bertahun-tahun. Tetapi, jika ingin berangkat lebih cepat tanpa menunggu lama, mereka dapat melalui layanan khusus, tentu dengan biaya yang lebih mahal. Ratusan juta. Itu pun travel yang melayani jasa ini ramai dan banyak yang mengejar, laris manis.
Gegap gempita lautan manusia dari berbagai penjuru bumi berkumpul di Baitullah Makkah dalam waktu dan tempat yang telah ditentukan. Satu peristiwa yang di luar akal manusia. Apalagi jika peristiwa akbar ini direnungkan dengan kilas balik pada ribuan tahun silam.
Ketika Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah untuk mengumandangkan seruan kepada umat manusia agar hadir di tempat suci yang telah didirikan Kakbah. Bangunan tempat beribadah yang pertama kali di alam semesta. Sementara saat itu belum ada penduduk yang tinggal di sekitarnya. Wilayah kosong penuh bebatuan dan gersang.
Seruan Nabi Ibrahim itu diabadikan dalam Al-Qur’an, ”Dan serulah manusiauntuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh” (QS Al Haj: 27).
Sungguh menakjubkan! Mukjizat Al-Qur’an ini pada akhirnya ribuan tahun sesudahnya benar-benar terwujud. Makkah dengan Kakbahnya sampai saat ini tidak pernah sepi. Terlebih di musim haji jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia hadir memenuhi undangan Nabi Ibrahim.
Bukit Safa dan Marwah merupakan bagian rangkaian ibadah haji dengan berjalan dan berlari-lari kecil antar bukit. Bukit itu memiliki magnet yang sangat dahsyat menggerakkan hati umat manusia untuk ingin segera mengerjakannya. Ini merupakan bukti keagungan Allah yang menjadikan keduanya sebagai syiar agama-Nya.
”Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi‘ar (agama) Allah. Maka,barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.”(QS Al Baqarah: 158)
Orang yang cerdas spiritual pasti mengucap Maha Suci Allah. Sungguh nyata Kuasa-Nya, hal yang tidak mungkin menjadi kenyataan.
Ibadah haji ini hakikatnya memberikan pelajaran dan keyakinan bahwa Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. meneruskan syariat Nabi Ibrahim itu oleh Allah dipersiapkan menjadi agama universal, global, dan internasional untuk seluruh umat manusia di dunia. Bukan agama yang sempit hanya berlaku lokal dan kedaerahan.
Maka, bersyukurlah kita telah diberikan hidayah dengan kepercayaan iman dan Islam agama yang lurus mengesakan Allah. Pegang teguhlah sampai akhir hayat.
Oleh : Dr. H. Umar Jaeni, M.Pd (Ketua Yayasan Nurul Falah)