Kembali
image
Keislaman

Generasi Ahsanu Amala

2 tahun yang lalu ● Dibaca 239x

Siang itu Madinah sangat ramai. Para pedagang berlarian meninggalkan dagangannya menuju jalan raya. Rupanya, 700 ekor unta lengkap dengan barang dagangan di punggungnya memasuki Kota Madinah. Itulah kafilah dagang Abdurrahman bin Auf, salah seorang sahabat terkaya pada zaman Rasulullah Muhammad SAW. 

Suara hiruk-pikuk itu membuat kaget Ummul Mukminin Aisyah ra yang pada saat itu sedang menyampaikan hadis Nabi SAW. Setelah diberi tahu apa yang terjadi, Aisyah berkata: 

“Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya bagi Abdurrahman dengan baktinya di dunia, serta pahala yang besar di akhirat nanti. Aku pernah mendengar Rasul SAW bersabda bahwa, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga sambil merangkak.”

Seorang sahabat berlari mencari Abdurrahman untuk mengabarkan berita gembira tersebut. Mendengar kabar itu, Abdurrahman segera menemui Aisyah ra. “Wahai ibunda, apakah ibunda mendengar sendiri ucapan itu dari Rasulullah?” 

Aisyah menjawab, “Ya aku mendengar sendiri.” Abdurrahman melonjak kegirangan.

“Seandainya sanggup, aku akan memasukinya sambil berjalan. Wahai ibunda, saksikanlah seluruh unta lengkap dengan barang dagangan di punggung masing-masing, aku dermakan untuk fi sabilillah.”

Saat hijrah di Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu Arabi Alausani. Sa’ad memberikan sebagian harta dan menawarinya seorang calon istri. 

Abdurrahman bin Auf hanya berkata, “Semoga Allah SWT memberkahi hartamu dan keluargamu, tunjukkanlah kepadaku dimana pasar.” Sungguh di luar dugaan apa yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Auf. Bagaimana tidak, dalam kondisi tidak memiliki apa-apa ketika hijrah ke Madinah karena harta yang dibawanya dirampas kaum kafir Quraisy di tengah perjalanan, ternyata menolak tawaran sebagian harta yang sangat menggiurkan dari saudara seimannya Sa’ad bin Rabi’ dari kalangan sahabat Anshor.

Abdurrahman bin Auf justru meminta sesuatu yang kurang bisa dimengerti orang pada umumnya. Kepada Sa’ad bin Rabi’, dia hanya minta ditunjukkan dimana pasar. Lantas apa yang dilakukan sahabat Nabi yang kemudian menjelma sebagai saudagar Muslim yang kaya raya itu? Ia berdagang, memulai segalanya dari nol dan dengan bekal keimanannya ia menempa diri dalam keseharian untuk meraih sukses besar dan berprestasi bagi kehidupan diri dan utamanya umat Islam.

Tidak banyak memang riwayat yang menjelaskan perihal bagaimana Abdurrahman bin Auf dalam berdagang. Tetapi, dari perspektif logika dan ilmu multiple intelligence (kecerdasan berganda), sosok Abdurrahman bi Auf memiliki kecerdasan finansial yang sangat kuat sekali selain kecerdasan spiritualnya. Mengapa bisa sesukses itu dalam meraih prestasinya. Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sosok generasi ahsanu amala. 

Generasi ahsanu amala adalah generasi yang senantiasa mengutamakan amal ibadahnya lebih baik di segala lini. Ada hikmah besar yang bisa diambil pelajaran dari kesuksesan dan prestasi bisnis Abdurrahman bin Auf.

Pertama, prestasi cemerlang itu dimulai dari menata diri dengan keyakinan dan akidah yang kuat, dengan kekokohan keimanan dan ketakwaan. 

Kedua, modalitas sukses dan berprestasi adalah kejujuran. 

Ketiga, kesungguhan. Di masa Nabi tak ada satupun sahabat Nabi yang tidak memiliki kesungguhan. Semua sahabat sangat terlihat kesungguhannya dalam dunia yang mereka tekuni. Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh untuk meraih kesuksesan maka “kesungguhan” adalah salah satu peluru yang mampu melontarkan sejauh keinginan. 

Keempat, generasi ahsanu ‘Amala memiliki amaliah rutinitas bermuhasabah diri (introspeksi). Mereka ingin selalu sibuk melihat kekurangan dirinya dan berupaya semaksimal memperbaiki amaliahnya.

Penulis : Drs. H. Subiyanto 

Generasi Ahsanu Amala