
Era Revolusi Industri 4.0 dalam Kaca Mata Islam
Sepanjang sejarah perjalanan kehidupan manusia selalu ada perubahan di berbagai bidang yang sambungmenyambung dari satu era ke era berikutnya. Perubahan merupakan sifat dasar yang melekat dalam diri manusia. Mereka yang enggan berubah akan tergerus oleh perubahan itu sendiri.
Dalam menjalani kehidupan, semula manusia berkelempok dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya (nomaden). Tujuannya untuk mendapatkan bahan makanan serta melakukan penyesuaian cuaca dan suhu udara. Tidak puas dengan cara mengembara, kemudian manusia membuka lahan sendiri dan mulai bercocok tanam agar sumber makanan lebih dekat. Tenaga paling utama adalah hewan dan manusia. Era ini disebut era agraris.
Selanjutnya berkembang lagi masuk era revolusi industri 1.0 ditandai dengan tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis uap dan air. Era ini mulai menggantikan tenaga manusia dan hewan dengan mesin. Peradaban tidak pernah putus. Lalu masuklah era industri 2.0 yang ditandai dengan berkembangnya energi listrik dan motor penggerak. Di era ini terjadi pertumbuhan dan pergerakan transportasi darat, laut, udara, jaringan komunikasi telepon, serta industri manufaktur dengan sangat pesat.
Berikutnya memasuki era industri 3.0 yang ditandai dengan tumbuhnya industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta otomatisasi. Peradaban semakin tinggi lagi yang selanjutnya kehidupan manusia masuk pada era industri 4.0 yang ditandai dengan berkembangnya internet. Dampaknya yang sangat cepat memengaruhi perilaku manusia di berbagai lini kehidupan seperti yang disaksikan dan dirasakan sekarang ini.
Ciri-ciri industri 4.0 adalah segala aktivitas manusia serbacepat dan menuntut kecepatan, berskala besar dan mengglobal. Hal ini berdampak luas lintas batas geografis dan perubahan perilaku secara masif.
Manusia selalu berkembang menuju perubahan telah menjadi tabiat yang tidak bisa terlepas dari dirinya. Dalam pandangan Islam, manusia dilahirkan di muka bumi dan ditugasi sebagai khalifah untuk mengelola alam raya beserta seluruh isinya. Untuk mengemban tugas yang amat sangat bergengsi itu dibandingkan tugas makhluk lainnya, manusia dibekali alat organ yang sangat dahsyat, yaitu akal pikiran.
Bekal akal pikiran ini dapat digunakan untuk mengekplorasi, menjelajah alam raya yang nantinya akan diubah dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perkembangan hidup. Keunggulan manusia dapat diraih dengan penguasaan teknologi transportasi dan komunikasi sebagai sarana mencari rezeki.
Alquran mengisyaratkan, ”Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna” (QS Al-Isra: 70).
Alam raya beserta isinya disediakan untuk manusia agar dikelola dengan baik sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya. ”Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya dan agar kamu bersyukur” (QS An-Nahl: 14).
Untuk mencapai keberhasilan, kita tidak boleh berdiam diri, melainkan harus selalu dinamis. ”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung” (QS Al-Jumuah [62]: 10).
Umat Islam seyogianya memiliki jaringan yang kuat dalam skala luas seperti yang dianjurkan dalam Alquran. ”Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bebangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling takwa di antara kamu sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS AlHujurat [49]: 13).
Implementasi dari fungsi dan tugas sebagai kholifah fil ard sepatutnya memotivasi ummat Islam, baik secara pribadi, lembaga pendidikan, maupun organisasi keumatan untuk bersungguhsungguh mendorong dan memfasilitasi dalam penguasaan perkembangan teknologi agar menjadi bangsa yang unggul.
Bapak teknologi bangsa Indonesia, B.J. Habibie, telah meninggalkan kita semua. Beliau telah berbuat dan memberikan contoh konkret. Lalu siapa yang akan meneruskan cita-cita besar tersebut? Semoga generasi umat akan segera bangkit.