
Elemen Penting Kepemimpinan dalam Al-Quran
Sejarah Islam tidak pernah bisa melupakan Usamah bin Zaid. Ia merupakan figur pemimpin pemuda yang pemberani yang memiliki disiplin tinggi dan pengetahuan agama yang luas sehingga memperoleh kepercayaan Nabi SAW untuk memimpin pasukan perang pada usia 18 tahun.
Tidak lupa sosok Umar bin Abdul Aziz sebagai pemimpin yang adil yang mampu menciptakan keadilan dan mengadakan perbaikan yang terus-menerus. Di usia anak-anak, ia sudah menghafal Alquran dan memiliki orientasi akhirat dalam hidupnya. Dia sosok pemimpin yang mampu mengatur pembagian dana, menegakkan kebenaran, melenyapkan kezaliman, dan mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya.
Ada pula Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima militer yang gagah berani dan memiliki disiplin tinggi, serta menegakkan ajaran Islam dan suka membaca Alquran dengan khusyuk sehingga sering berurai air mata, termasuk mendengarkan hadits. Namun, hatinya lembut. Ketika melihat anak yatim dan orang-orang miskin, ia ingin membantu dan membebaskan mereka dari beban hidup duniawi.
Meski demikian, tiga contoh manusia unggul tersebut tidak lahir dengan tiba-tiba. Mereka mengalami sebuah proses yang panjang dalam mengukir kepribadian yang unggul. Bahkan, jika diperhatikan, terdapat beberapa nilai sejalan dengan Al Quran yang dipegang oleh para pemimpin itu yang patut dijadikan cermin bagi para pemimpin sekarang.
Pertama, mereka bertauhid dengan akidah yang benar. Akidah yang benar akan menggerakkan hati seseorang untuk senantiasa menata niat mengabdikan hidupnya untuk kepentingan Allah sebagaimana firman-Nya: ”Katakanlah: Sesungguhnya shalatku,ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama- tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS Al An’am : 162-163).
Kedua, mereka menjadikan Nabi sebagai idola dan berpegang teguh terhadap sunnahnya. Mempelajari sepak terjang Nabi dan berkomitmen untuk meneladani dan mengikutinya dalam segala urusan kehidupannya. Mereka menjadi sosok pribadi yang begitu teguh dalam memegang teguh prinsip hidupnya yang mengacu kepada pribadi Nabi yang agung.
Sebagaimana firman Allah: ”Katakanlah, ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Ali Imran : 31)
Ketiga, mereka berkomunikasi dengan Alquran dan sunnah serta merindukan akhirat. Berkomunikasi dengan dua kitab berimplikasi terhadap konsisten dan istiqomah dalam bertindak sehingga akan mendatangkan sikap tanpa rasa takut Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ”Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ”Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS Fushshilat : 30).
Jika selalu berpedoman pada Alquran dan hadis, wasiat dan panduan yang agung akan kita peroleh dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan godaan. Tanpa bimbingan dan petunjuk kedua kitab itu, akan berujung pada melupakan jalan yang lurus dan mengarahkan jalan yang menjerumuskan dan menghinakan. Dua kitab rujukan tersebut akan menjaga orientasi seorang pemimpin untuk senantiasa mengingat akhir perjalanan hidup (kematian) sehingga mengarahkan hidupnya untuk senantiasa melakukan kebaikan dan perbaikan.
Meskipun demikian, seorang pemimpin juga tidak boleh melupakan tujuan utama dari kepemimpinan, yaitu menegakkan syariat Allah SWT. Hal ini dianggap sebagai sebuah bentuk ibadah yang utama. Ibnu Taimiyah dalam as Siyasah asy Syar’iyyah menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu ibadah yang utama dan bisa menjadikan sarana seseorang untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Seperti yang diterangkan dalam Ihya’ Ulum ad Diin, Imam Ghazali mengatakan bahwa agama dan kekuasaan merupakan saudara kembar.
Dalam menegakkan syariat, tentu saja pemimpin itu sendiri harus menjalankannya. Bahkan, Abu Bakar dalam pidato kekhalifahannya seperti yang ditulis oleh Abu ’Urwah al Bashry dalam karyanya, al Jami’, menjelaskan bahwa hendaknya kaum muslimin mematuhi Abu Bakar selama ia taat kepada Allah dan rasul-Nya. Apabila ia mengingkari keduanya, tidaklah wajib bagi kaum muslim untuk menaatinya lagi. Athii’uni ma atho’tullaha wa rasulahu, wa in ‘ashoitullaha wa rasulahu fa laa tho’ata li ‘alaikum. Artinya, pemimpin harus sejalan dengan syariat Islam dan menegakkannya.
Dengan demikian, setiap pemimpin dalam pandangan Islam harus memiliki kemampuan utama untuk menegakkan syariat Islam dalam kepemimpinannya. Dalam karyanya, at Tibru al Masbuk fi Nasihati al Mulk, Imam al Ghazali menyebutkan bahwa dasar perilaku sebuah kepemimpinan dalam Islam haruslah dibangun di atas prinsip al Amru bi al Ma’ruf wa an Nahyu ‘Ani al Munkar. Prinsip ini kemudian menuntut adanya kepribadian seorang pemimpin yang berasaskan akhlak yang baik.
Konsekuensinya tentu saja adanya sikap patuh terhadap pemimpin tersebut. Dalam Alquran surat An Nisa’ ayat 59 sangat jelas disebutkan bahwa kepatuhan kepada pemimpin, ulul amri, menjadi salah satu kewajiban dari kepatuhan kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya menerangkan bahwa kepatuhan kepada Allah dan rasul-Nya merupakan asas. Sementara kepatuhan kepada ulil amri merupakan kepatuhan yang dibangun atas dasar kepatuhan kepada Allah dan rasul-Nya. Artinya, kepatuhan kepada pemimpin menjadi kewajiban bagi setiap orang dalam masyarakat, dengan catatan selama pemimpin ini taat dan patuh kepada Allah dan Rasulullah.
Dengan zaman, problem, dan tantangannya yang terus berjalan, maka kita membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki kepribadian yang agung dan konsisten untuk senantiasa berbuat baik dan terus-menerus mengadakan perbaikan bagi masyarakatnya. Namun, sosok yang demikian itu tidak akan lahir kalau tidak ada sistem dalam komunitas yang membentuk lahirnya sosok pemimpin yang diimpikan. Islam memiliki berbagai konsep kepemimpinan dan contoh pemimpin yang menyejarah. Tinggal kita yang dituntut untuk melahirkan sosok yang demikian hebat itu.