
Ciri dan Tanda Anak yang Berkesulitan Belajar
Anak berkebutuhan khusus tidak selalu mereka yang memiliki kekurangan. Adakalanya anak berkebutuhan khusus dialami oleh anak normal atau bahkan anak superior. Misalnya anak yang berkesulitan belajar. Ada pula anak yang memiliki inteligensi normal atau bahkan superior, tetapi sulit belajar dalam satu atau beberapa bidang tertentu. Tetapi mereka mungkin unggul dalam bidang lain.
Kesulitan belajar ini pun dibagi dua yakni kesulitan belajar praakademik yang meliputi, gangguan perkembangan motorik, gangguan perkembangan persepsi, gangguan perkembangan kognitif dan gangguan perkembangan bicara dan bahasa.
Sedangkan kesulitan belajar akademik meliputi kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia) dan kesulitan belajar berhitung (diskalkulia). Masing-masing kesulitan tersebut dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
• Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
• Kemampuan memahami isi bacaan rendah
• Kalau membaca sering banyak kesalahan
Nilai standarnya 3.
2. Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
• Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
• Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dsb.
• Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
• Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
• Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Nilai standarnya 4.
3. Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
• Sulit membedakan tanda-tanda: +,-, x, :, >, <, =
• Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan
• Sering salah membilang dengan urut
• Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dsb
• Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Nilai standarnya 4
Ada pula siswa lambat belajar atau sering dikenal dengan istilah slow learner yakni anak yang memiliki tingkat inteligensi berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85 (berdasarkan tes baku).
Diketahui dengan ciri-cirinya, rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6, dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya, daya tangkap terhadap pelajaran lambat, pernah tidak naik kelas. Nilai standarnya 3.
Anak berkebutuhan khusus lain yakni gifted dan talented. Yakni anak-anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena kemampuan-kemampuan unggul atau suatu interaksi dari kemampuan intelektual di atas rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
Anak gifted dan talented dapat dikenali dengan ciri-ciri berikut:
1. Membaca pada usia lebih muda,
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
5. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
6. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
8. Memberi jawaban-jawaban yang baik
9. Dapat memberikan banyak gagasan, luwes dalam berpikir
10. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
11. Mempunyai pengamatan yang tajam
12. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
13. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
14. Senang mencoba hal-hal baru
15. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
16. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
17. Cepat menangkap hubungan sebab akibat
18. Berperilaku terarah pada tujuan
19. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
20. Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
21. Mempunyai daya ingat yang kuat
22. Tidak cepat puas dengan prestasinya
23. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi)
24. Menginginkan kebebasan dalam Gerakan dan tindakan.
Nilai standarnya 18.
Ada pula anak berkebutuhan khusus yang semakin akrab kita dengar yakni autistic spectrum disorder atau autisme. Yakni gangguan perkembangan yang berat, akibat adanya kerusakan/masalah perkembangan pada otak.
Gejala autisme berupa gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, perilaku terbatas dengan pola minat dan aktivitas berulang.
Ada beberapa hal yang menyebabkan autisme ini terjadi pada anak, di antaranya:
1. Teori Psikososial
Beberapa ahli menganggap autism sebagai akibat pola asuh orang tua (hubungan yang dingin), tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak)
2. Teori Biologis
- Faktor genetik
- Pranatal, natal (kelahiran), dan postnatal
- Neuro anatomi
- Struktur dan biokimiawi yaitu kelainan pada cerebellum
3. Immunologi,
Yaitu antibodi pada ibu yang bisa menjadi penyebab timbulnya autisme.
4. Infeksi virus (rubella, herpes, simplex, ence-phalitis, dan cytomegalovirus)
5. Keracunan logam berat, misal terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara
6. Gangguan pencernaan, pendengaran, dan penglihatan
7. Usia ibu, semakin tua melahirkan makin beresiko autis
8. Polusi (udara yang tercemar timbal)
Dari semua faktor tersebut yang paling dominan menyebabkan autis adalah factor genetis.
Anak autisme bisa diketahui dari beberapa karakteristik yang sering muncul dalam diri mereka.
BIDANG KOMUNIKASI
• Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada
• Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna
• Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya
• Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain
• Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi
• Senang meniru atau membeo (echolalia)
• Bila sedang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya
• Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
• Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu
BIDANG INTERAKTIF SOSIAL
• Penyandang autisme lebih suka menyendiri
• Tida ada atau sedikit kontak mata, atau menghidar untuk bertatapan
• Tidak tertarik untuk bermain Bersama teman
• Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
• Menunjukan rasa takut atau senang yang berlebihan
BIDANG GANGGUAN SENSORIS
• Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
• Bila mendengar suara keras langsungmenutup telinga
• Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
• Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
BIDANG POLA BERMAIN
• Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
• Tidak suka bermain dengan anak sebayanya
• Tidak kreatif, tidak imajinatif
• Tidak bermain sesuai fungsi mainan, missal sepeda di balik lalu rodanya diputar-putar
• Senang akan benda-benda berputar,
seperti kipas angin, roda sepeda
• Dapat sangat lekat d-i0pioengan benda-benda
tertentu yang dipegang terus dan dibawa ke mana-mana
BIDANG PERILAKU
• Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
• Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan angan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakanyang diulang-ulang
• Tidak suka pada perubahan
• Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
BIDANG EMOSI
• Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
• Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
• Kadang suka menyerang dan merusak
• Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
• Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
(Ditulis oleh : Hj. Widji Lestari, S. Psi, M. Psi, Psikolog, Penyelenggara TK Inklusi Az Zahrah, Surabaya)