Kembali
image
Keislaman

Cinta dan Kasih Sayang Allah

3 tahun yang lalu ● Dibaca 4313x

Kasih sayang atau cinta merupakan naluri Allah berikan kepada makhluk-Nya. Allah memberikan rahmat kepada seluruh alam seringa singa yang dikenal sebagai raja hutan karena keganasannya ketika memangsa ternyata sangat menyayangi anaknya. Begitu pula manusia yang bisa mencintai orang tua, saudara, teman-teman, dan seterusnya. Ini merupakan tanda cinta yang telah diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Cinta adalah sesuatu yang suci. Maka sesuatu yang suci itu akan cenderung terhadap hal-hal yang suci. Jika atas nama cinta kemudian seseorang membunuh, melakukan kemaksiatan, melakukan korupsi, dan seterusnya, maka hal tersebut bukanlah cinta, melainkan nafsu.

Allah berfirman di dalam Alquran surat Al-Anbiyaa ayat 107 yang artinya, ”Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah simbol sekaligus cinta kasih (rahmat) Allah itu sendiri untuk seluruh alam.

Allah tidak akan menciptakan kita, tidak akan meminjamkan kita bulan untuk menerangi malam, tidak menundukkan matahari untuk menyinari kehidupan dunia, menurunkan hujan, menciptakan surga-neraka dan seluruh alam ini, melainkan karena kerahmatan-Nya yang disimbolkan dalam diri Baginda Nabi SAW.

Cinta awalnya adalah satu-kesatuan yang berasal dari yang Mahacinta, yakni AllahSWT. Cinta yang satu dengan cinta yang lain bersumber dari oase yang sama. Maka, secara fitrah, cinta itu akan tarik-menarik satu sama lain. Dan Nabi Muhammad SAW disebutkan oleh Allah di dalam surat Al-Anbiyaa ayat 107 itu sebagai rahmat (cinta) yang Allah berikan kepada seluruh alam. Oleh sebab itu, secara naluriah seharusnya kita juga mencintai sang pembawa cinta tersebut, yakni Nabi Muhammad SAW.

Mengapa Nabi SAW disebut sebagai rahmat bagi seluruh alam? Sebab, Nabi SAW adalah seorang yang telah dikarunai rasa cinta yang sangat dalam oleh Allah SWT. Nabi SAW juga seorang yang telah Allah berikan pengetahuan tentang Islam sekaligus menjadi suri teladan di dalam menerapkan ajaran Islam. Sementara Islam adalah agama yang diridai Allah sebagai petunjuk bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maka, jelas bahwa rahmat tersebut ada pada diri Nabi SAW.

Dalam konteks kehidupan di era modern seperti sekarang, cinta atau kasih sayang sering disalahkaprahkan dalam bentuk tindakan negatif. Misalnya, sepasang insan berbeda jenis yang berbuat asusila dengan mengatasnamakan cinta. Berita-berita tentang penggerebekan atau razia pasangan di luar nikah yang mewarnai media massa juga mudah kita jumpai. Lagi-lagi oknum pasangan mesum tersebut beralasan atas nama cinta.

Islam adalah agama yang mengajarkan kebaikan dan kebajikan. Tatanan perikehidupan bernegara dan bermasyarakat juga diatur demi menjaga kemaslahatan. Kaum muslimin juga mempunyai role model pemimpin yang lengkap dari segi kepribadian, akhlak, dan aspek-aspek lainnya dalam sosok Nabi Muhammad SAW. Beliau telah ditegaskan menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik) bagi seluruh umat. Maka, wajar apabila perikehidupan Baginda Nabi SAW menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Sabda-sabdanya mengandung pesan moral sekaligus menjadi tuntunan hidup selain Alquran. Kebaikan akhlak inilah yang merupakan contoh kasih sayang oleh Baginda Nabi SAW, termasuk dalam hal membangun hubungan antarsesama manusia melalui ikatan silaturrahim.

Contoh kasih sayang yang luar biasa diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau diusir oleh penduduk Kota Thaif. Beliau diperlakukan secara kasar dan dilempari batu. Kendatipun demikian, beliau tidak serta-merta mendoakan mereka dengan azan. Justru sebaliknya, Nabi SAW mendoakan penduduk Thaif dengan kebaikan. ”Bahkan, saya berharap agar Allah menjadikan keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun,” kata Nabi Muhammad SAW saat malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menimpakan Gunung Abu Qubaisy dan gunung di sebelahnya kepada penduduk Thaif” (HR Bukhari).

Betapa Nabi SAW memiliki akhlak yang sangat mulia. Bagaimanapun kasarnya tindakan yang diterima oleh Nabi SAW, beliau selalu membalasnya dengan kesabaran, senyum, doa, dan cinta kasih. Kesabaran  dan cinta kasihnya tidak terbatas. Allah SWT menggambarkan hal itu dalam firmannya: ”Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti luhur” (QS Al-Qolam [68]: 4).

Dari sini kita bisa memetik banyak hikmah dan pelajaran akan makna filosofis dari cinta atau kasih sayang. Yaitu, keluhuran budi pekerti yang diaplikasikan ke dalam kehidupan sesuai ajaran dan tuntunan yang Allah berikan melalui Alquran dan contoh keteladanan Nabi SAW. Secara sederhana, kasih sayang juga bisa menjadi tiket menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Kasih sayang yang dimaksud adalah Alquran, yang merupakan perwujudan cinta dan kasih sayang paling besar dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia.

Nabi SAW pun bersabda, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengamalkan Alquran” (HR Bukhari). Maka, tunggu apa lagi? Mari kita meraih tiket kebahagiaan dunia dan akhirat tersebut. Wallahu a’lam bish shawab . (Eko Prasetyo/ LAZIS NF)