
Berguru Pada Nabi Ismail
Sejak balita sampai remaja, Nabi Ismail hidup bersama ibunya, yaitu Siti Hajar, tanpa tahu wajah ayahnya, yaitu Nabi Ibrahim. Namun, ketika ayahnya datang menjenguk, Ismail sangat menghormatinya.
Sang ayah datang menemui Ismail ketika berumur tujuh tahun, namun ada juga yang berpendapat saat itu Ismail telah berusia 12 tahun. Namun, yang pasti Ismail sejak kecil berada dalam asuhan ibunya, yaitu Siti Hajar.
Meski lama tidak bertemu sang ayahanda, Ismail merupakan anak yang sangat taat. Ia anak yang pemberani. Siti Hajar telah mengajarkan pada Ismail tentang iman dan takwa. Siti Hajar juga mendidik Ismail menjadi anak yang rela berkurban untuk agama yang dianutnya, yaitu Islam.
Kisah Ismail ini diabadikan dalam Alquran surat As-Shoffat ayat 102. Kaum muslim mengagumi Nabi Ismail sebagai sosok yang sabar dan teladan kebaikan. Terbukti ia rela dan ikhlas mengurbankan dirinya.
Pertanyaannya, siapakah orang tua, khususnya ibu, bisa mendidik anaknya seperti Ismail? Yakni mampu mendidik anak menjadi sosok yang saleh dan salehah, menjadi anak yang rela berkurban demi agamanya.
Karena itu, kita perlu belajar pada Ibu Siti Hajar dan Nabi Ismail. Dari kisah Nabi Ismail, Allah SWT mengabadikan hidupnya dalam Alquran. Allah SWT memberi air zamzam. Allah memperingati kisah Ismail dan ayahnya, Nabi Ibrahim, menjadi Hari Raya Idul Qurban atau Idul Adha. Allah menjadikan lembah tempat pembuangan sampah menjadi kota yang makmur.
Ismail adalah laki-laki pertama penduduk Kota Makkah dan Siti Hajar merupakan perempuan pertama penduduk Makkah. Allah menjadikan rumah yang dibangun Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar menjadi kiblat umat Islam.
Ketaatan Siti Hajar dan pengorbanan Nabi Ismail bukanlah sia-sia. Setiap tahun umat Islam dari seluruh dunia melakukan napak tilas tentang apa yang pernah dilakukan mereka dengan menjalankan ibadah haji. Maka, sudah seharusnya kaum orang tua sekarang, khususnya para ibu, berguru pada Siti Hajar dan Nabi Ismail.
Termasuk belajar pada keikhlasan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah. Sebuah teladan kehidupan di zaman sekarang. Intinya, kita tidak hanya fokus dalam mencari rezeki Allah, tapi juga serius dalam mendidik anak.