Kembali
image
Keislaman

Berdosakah Orang Tua Tidak Membangunkan Shalat untuk Anak yang Membangkang?

setahun yang lalu ● Dibaca 543x

Pertanyaan

Assalamu’alaikum wr wb. Anak kami sulit dibangunkan untuk shalat Subuh. Kami telah melakukan berbagai cara untuk membangunkannya, agar ia tidak berdosa meninggalkan kewajiban. Beberapa kali saya bangunkan, responsnya selalu marah-marah. Maka, hari berikutnya hanya kami bangunkan cukup sekali. Responsnya lebih parah: cemberut berkepanjangan. 

Agar ia tidak semakin berdosa atas sikapnya kepada kami selaku orang tua, maka kami putuskan lebih baik tidak membangunkannya. Dia toh sudah baligh dan mengerti kewajiban shalat. Keputusan ini tetap saja menambah keprihatinan kami selaku orang tua yang berkewajiban mendidik anak menjadi orang yang saleh. Pertanyaan kami, apakah kami berdosa karena pembiaran ini? Mohon pencerahan Bapak. Terima kasih. NN – Surabaya

Jawaban

Wa’alaikum salam wr wb. Pertama, saya salut dan kagum atas rasa tanggung jawab keagamaan Bapak NN yang luar biasa terhadap pendidikan anak. Ini ibadah besar, Pak. Semoga Allah memberi Bapak kekuatan besar untuk terus bersabar dalam mendidik anak. 

Menurut saya, Bapak tidaklah berdosa, sebab ketika anak sudah dewasa atau baligh, maka tanggung jawab keagamaan sudah berpindah dari orang tua kepadanya. Nabi Nuh as sama sekali tidak dituntut Allah atas kekafiran anaknya, sebab sang anak sudah dewasa dan sejak kecil Nuh telah mendidiknya untuk menyembah Allah. Meskipun demikian, apakah ada orang tua yang tega melihat anaknya mendapat siksa Allah? Apakah ada orang tua yang tidak berharap anaknya masuk surga bersama-sama? Karena itu, kita hentikan berbicara tentang dosa atau tidaknya tindakan bapak. Sebagai gantinya, kita berdiskusi tentang bagaimana solusinya yang terbaik. 

Saya yakin, bapak pernah menjumpai orang yang sakit kepala dan tidak sembuh dengan obat, bahkan pijat di kepala pun sama sekali tidak membantu penyembuhan. Ia baru sembuh setelah telapak kakinya dipijat secara khusus oleh ahli pijat, bukan kepalanya. Sebab, sumber masalahnya bukan pada urat kepala, tapi urat di kaki. Itu artinya, mencari solusi masalah haruslah dicari terlebih dahulu akar masalahnya. 

Mohon maaf Bapak NN. Bisa saja kejengkelan Ananda bukan karena dibangunkan untuk shalat Subuh semata. Tapi, ada kejengkelan dalam masalah lain sebelumnya. Pernah ada kasus anak sebab ia merasa sudah dewasa, sudah bisa mengatur dirinya sendiri. Ternyata, kepada guru konseling di sekolah, ia pernah bercerita, ia dendam kepada orang tuanya, sebab ia merasa tidak mendapat kasih dan perlakuan yang sama seperti dua adiknya. Ia bertanya-tanya, jangan-jangan dia bukan anak kandung. Maaf Bapak, ini hanya contoh kasus orang lain, bukan kasus Bapak. Ada juga pembangkangan anak terjadi karena jengkel kepada sang ayah yang berpoligami dan membikin ibunya menangis dan stres. Ia muak mendengar suara ayahnya. Bahkan, berdoa memintakan ampunan Allah pun hanya untuk ibunya, bukan untuk sang ayah. 

Saran saya, Bapak NN perlu mencari cara yang lain lagi. Jangan bosan, meskipun seribu jurus telah Bapak lakukan. Dokter juga sering berganti-ganti menulis resep obat untuk pasien, sampai ditemukan obat yang pas. Untuk sementara, jangan berbicara tentang shalat Subuh kepada Ananda. Mungkin perlu diajak nonton sepak bola, atau memancing, atau naik gunung misalnya, jika itu hobinya. Ajak juga ke warung untuk makan menu kesukaannya. 

Dapat menggunakan cara lainnya. Lakukan berkali-kali sampai ia kagum atas perubahan kasih Bapak yang dahsyat, lalu ia mau bercerita tentang apa sebenarnya yang berkecamuk dalam hatinya selama ini. 

Maaf, jawaban ini tidak selalu benar dan pas untuk Bapak. Perlu diskusi panjang. Ini pun jawaban berdasar pengalaman, bukan keilmuan psikologi, sebab saya bukan psikolog. Semoga jawaban ini memberi setitik inspirasi untuk menemukan solusi masalah bapak. Mendoakannya melalui sujud tengah malam, sudah pasti keharusan juga. Wallahu ta’ala a’lam.

Penulis : Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag (Guru Besar UIN Sunan Ampel)

Berdosakah Orang Tua Tidak Membangunkan Shalat untuk Anak yang Membangkang?