Kembali
image
Keislaman

Belajar pada Kesulitan

2 tahun yang lalu ● Dibaca 162x

”Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikan apa yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini” (HR Muslim dan Ahmad). 

Inilah doa Rasulullah Muhammad SAW menjelang perang Badar. Allah pun merespons doa ini dengan menurunkan pasukan malaikat untuk membantu pasukan mujahidin sehingga mampu meraih kemenangan. Padahal, menurut perhitungan di atas kertas, peluang pasukan mujahidin untuk meraih kemenangan sangat kecil. jumlah pasukan kafir Quraisy tiga kali lipat lebih banyak daripada pasukan mujahidin.

Hasil kemenangan gemilang yang diperoleh Rasulullah bersama para sahabat di Perang Badar tidak diperoleh tanpa melewati episode perjuangan panjang dan lembar-lembar kisah pengorbanan. 

Belasan tahun mengalami teror dan intimidasi bahkan pengorbanan nyawa. Rasulullah sendiri sudah berkali-kali menerima lemparan batu ataupun kotoran unta. Resiko perjuangan juga dilakoni Bilal yang rela menerima siksaan fisik dari majikannya demi mempertahankan aqidah, sebelum kemudian ditebus dan dimerdekakan oleh Abu Bakar. 

Namun, segala kesulitan ini tidak membuat mereka kembali kepada kekafiran. Bahkan, pada akhirnya, perjuangan Rasulullah mencapai puncak kemenangan dengan membebaskan Makkah dari peradaban jahiliah dan membersihkan Ka'bah dari berhala sesembahan.

Kisah perjuangan Rasulullah dan para sahabat inilah yang seharusnya mengilhami setiap orang yang mengaku sebagai pengikut beliau, termasuk kita. Dalam setiap kisah sukses, pasti selalu ada kesulitan atau bahkan kegagalan yang mengiringi. Semakin tinggi cita-cita, semakin berat pula level kesulitan yang harus dilalui. Dari segala kesulitan itulah kita belajar mematangkan diri. 

Setelah kita benar-benar siap menggapai apa yang dicita-citakan, Allah pasti akan menepati janjinya sebagaimana telah difirmankan dalam Alquran surat Al Insyirah ayat 5 dan 6: ”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

Sebagai orang yang mengaku mengimani kemahakuasaan Allah, kita wajib meyakini janji Allah ini sepenuh jiwa sehingga dapat meruntuhkan keraguan dan ketidak beranian untuk menapakkan kaki di medan juang. 

Keyakinan ini akan menumbuhkan optimisme bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki dan manusia menunjukkan kesiapannya untuk menempuh segala kesulitan. Tidak berani menempuh kesulitan, maka tak usahlah kita pancang cita-cita. 

Inilah permasalahan kita di era persaingan global sekarang ini. Di saat umat lain terus bergerak maju menancapkan kekuatannya, banyak di antara kita yang malah dilanda krisis kepercayaan diri. 

Jika ditanya siapa yang ingin sukses meraih cita-citanya, semua pasti mengacungkan tangan, tapi ketika diberi gambaran betapa terjalnya lintasan yang harus dilalui, banyak yang dihinggapi keraguan dan ketakutan, terutama takut akan mengalami kegagalan. Akhirnya, tak sedikit yang memilih untuk pasrah menikmati keterpurukan. 

Banyak calon wirausahawan yang tidak segera mulai membuka bisnisnya karena dibayang-bayangi kemungkinan tidak laku atau bahkan jatuh pailit. Banyak calon penulis yang tidak berani mempublikasikan tulisannya karena takut akan datangnya respons negatif dari pembaca ataupun penerbit. Masih banyak lagi contoh lainnya.

Untuk bisa menjadi umat yang berdaya saing, sudah saatnya kita benar-benar mengimani bahwa janji Allah untuk mendatangkan kemudahan sesudah datangnya ujian berupa berbagai bentuk kesulitan adalah sebuah keniscayaan yang mustahil diingkari. 

Kita juga perlu merendahkan hati untuk belajar dari kisah orang lain yang sukses menjalani hidup from no one to anyone (dari bukan siapa-siapa menjadi seorang hebat). Andrea Hirata misalnya. Karyanya yang berjudul Laskar Pelangi meraih sukses besar setelah berkali-kali ditolak penerbit.

Kini kita telah berada pada dimensi waktu yang baru. Masihkah ada alasan untuk berpangku tangan, membiarkan diri terus menderita kekalahan dalam iklim persaingan? Mari kita melangkah maju, kita berguru pada kesulitan dan kegagalan. Akhirnya mari kita rebut kembali kejayaan yang telah hilang berabad-abad lamanya.

Belajar pada Kesulitan