
Belajar Meneladani Ketaatan dari Kehidupan Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim AS adalah salah satu nabi Allah yang taqwa dan cinta kepada-Nya. Nabi Ibrahim dijuluki Khalilullah Khalilurrahman karena dicintai oleh Allah Swt. karena ketaatan dan menjalankan semua perintah. Tidak hanya semua perintah Allah Swt. yang dilaksanakan, namun Nabi Ibrahim AS juga melewati semua ujian tersebut tanpa sedikitpun mengurangi ketaatan dan kecintaannya kepada Allah Swt.
Nama Ibrahim disebutkan 69 kali dalam 24 juz Al-Qur'an. Nama Ibrahim juga diabadikan sebagai nama sebuah surat dalam Al-Qur'an, surat ke-14. Ibrahim adalah bapak para nabi, Abrambia, karena dari 25 nabi yang disebutkan dalam Al Qur'an, 19 keturunannya menjadi nabi.
Allah Swt. tidak hanya menguji Ibrahim AS secara pribadi, tetapi juga keluarganya. Kemudian Allah Swt. menguji ketaatan dan cintanya dengan memerintahkan dia untuk menyembelih putranya sendiri Ismail AS. Sesuai dengan ketetapan Nabi Ibrahim AS pun melaksanakan perintah tersebut dan Ismail AS pun mengizinkan ayahnya untuk menyembelihnya.
Dalam hidup, kita harus belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Betapa taatnya terlihat dalam tindakannya. Agama tidak terbatas pada status, atau hanya bibir yang indah. Apa yang diperintahkan Allah, meski berat dan tidak masuk akal di mata manusia, tetap perlu diusahakan dan dijalankan.
Begitu banyak ujian dan cobaan yang dialami Nabi Ibrahim AS. Beliau dipaksa berdebat dengan ayahnya, dibakar hidup-hidup, dipisahkan dari keluarganya, dan harus membantai anak tunggalnya, yang sangat dia cintai. Namun dengan prinsip keimanan, keikhlasan, ketaatan dan ketaatan terhadap perintah Allah, akhirnya Nabi Ibrahim AS melewati berbagai cobaan tersebut.
Nabi Ibrahim AS dibakar hidup-hidup dan kemudian api yang membakarnya menjadi dingin. Ini adalah kisah teladan yang membuktikan bahwa Allah Swt. akan membalas ketaatan hambah-hambahnya dengan hal/mukjizat yang lebih besar.
Bagaimana upaya Nabi Ibrahim AS untuk mendekati Allah Swt. disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Mulailah dengan memikirkan siapa yang layak disembah karena pada saat itu orang menyembah berhala tetapi pikiran mereka tidak dapat menerimanya karena berhala tidak dapat berbuat apa-apa dan keberadaannya diciptakan oleh manusia.
Beliau berpikir tentang apakah Tuhan itu bintang, bulan, atau matahari. Ketiga planet ini juga tidak dapat diterima, karena ketiganya muncul dan menghilang. Beliau ingin Tuhan ada selamanya, dalam pikirannya, dalam hatinya, dan dalam setiap tindakannya. Tak lain Hanya Allah Swt.
Pelajaran yang bisa menjadikan sosok pribadi bernama Ibrahim AS yaitu:
Pertama, Peran pemuda dalam perubahan.
Nabi Ibrahim sebagai seorang pemuda berperan dalam mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Bagaimana kita tahu bahwa Ibrahim memiliki kuasa untuk berubah? Ketika masih muda, dalam ayatnya diredaksikan dengan kata yang mampu menghancurkan syirik yang mendarah daging pada umatnya.
Maka sejak awal, kita harus tahu bahwa pemuda adalah agen perubahan, jangan sampai perubahan membawa kemajuan. Oleh karena itu, kita harus menyelamatkan pemuda kita dari ideologi sesat yang merusak dan menghancurkan bangsa yang standarnya ditentukan oleh pemudanya.
Kedua, Memenuhi kewajiban untuk melaksanakan takwa dalam beribadah kepada Tuhan, bukan hanya mengugurkan kewajiban.
Semua ibadah yang dilakukan oleh umat Islam pada hakikatnya adalah untuk melahirkan orang yang bertaqwa, yang merupakan bekal terpenting bagi orang-orang beriman untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, maka Allah memerintahkan kita untuk memperbanyak bekal ketakwaan melalui ibadah yang disyariatkan bagi kita untuk ditunaikan.
Dari kisah ini, kita dapat belajar betapa Nabi Ibrahim sangat mencintai Allah, pencipta segala yang ada di langit, bumi dan alam semesta. Kita belajar dari Nabi Ismail yang begitu berbakti kepada Allah Swt. dan orang tuanya. Jika Allah telah membunuh Nabi Ismail, setiap tahun banyak orang tua akan mengorbankan anak-anak mereka untuk cinta Allah.
Namun semua itu tidak terjadi karena Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail lulus ujian yang Allah berikan kepada mereka. Allah ingin melihat apakah hamba-Nya benar-benar mendekatinya diri kepada-Nya disaat susah ataupun senang. Setiap cobaan, seberat apapun pasti akan memberikan jalan keluar, hanya butuh kesabaran dan waktu. (Tsaqibatu Alfiqriyah Apriliana)