
Belajar dari Musibah
Sayidina Abu Bakar ra suatu ketika pernah mengingatkan kapeda kaum muslimin. Beliau berkata, ”Barangsiapa yang akan masuk liang lahat tanpa mempersiapkan bekal bagaikan orang yang tercebur di lautan yang tidak bisa berenang.”
Sebuah perumpaan yang sangat menyentuh hati. Mudah dicerna akal dan gampang dipahami. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila sesorang tercebur di lautan yang sangat luas sementara dia tidak bisa berenang dan tidak memiliki persiapan apa pun. Sementara peristiwa itu terjadi dengan sangat singkat dan tiba-tiba menimpa pada dirinya dengan tanpa terduga. Tentu dia akan merasakan dan menghadapi kesulitan, ketakutan, kesengsaraan, dan ketidakberdayaan.
Musibah telah tampak dihadapan mata, terjadi secara silih berganti dari berbagai arah dan keadaan dari darat, laut, dan udara. Musibah terjadi secara tiba-tiba dan sangat cepat dalam hitungan menit nyawa, harta benda, dan sanak saudara lenyap. Ada yang tercebur di lautan, tertimbun dalam tanah, dan ada juga yang terkena peristiwa tabrakan, kebakaran, dan sebagainya.
Musibah dalam arti ujian pasti akan dialami oleh manusia, baik dalam sekala kecil ataupun besar. Musibah merupakan rencana Allah atau sunnatullah yang diberlakukan untuk manusia seperti penjelasan dalam Alquran, ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. 29 Al Ankabut: 2 – 3).
Bagi seorang beriman, apa pun musibah yang terjadi dan menimpa dirinya, baik kecil ataupun besar, semua akan diterima dan disikapi sebagai kebaikan. Sebab, ia yakin bahwa tak satu pun benda di alam raya ini, baik yang mikrokosmos sekecil debu ataupun makrokosmos sebesar bintang-bintang atau matahari yang tidak dalam pengendalian dan sepengetahuan Allah.
Seperti ditegaskan dalam Alquran, ”Dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).”(QS. 6. Al An’am: 59).
Ayat di atas mengajarkan kepada orang beriman jikalau saja dia terkena debu atau kemasukan binatang yang sangat kecil di pelupuk matanya (klilipen) yang menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu fungsi mata walau sejenak, maka peristiwa tersebut akan dimaknai sebagai peringatan dari Allah dan selanjutnya akan mengunakan penglihatannya lebih hati-hati tidak digunakan untuk memandang hal-hal yang dilarang. Seraya sambil mengoreksi mungkin selama ini lupa matanya sering digunakan untuk melihat hal-hal yang maksiat.
Sikap seperti itulah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana diceritakan dari Shuhaib bin Sinan ra dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: ”Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya) dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” (HR Muslim).
Boleh jadi diri kita tidak terkena musibah bencana. Tetapi, peristiwa masuk liang lahat merupakan sebuah kepastian, suatu musibah yang akan menimpa setiap manuisa. Maka, peringatan Abu Bakar as syiddiq ra sangat tepat untuk segera disambut dengan segala perjuangan dalam mempersiapkan memasuki liang lahat.
Untuk itulah, Rasulullah SAW mengajarkan sebagai bagian dari pesiapan diri itu agar setiap keluar rumah senantiasa memanjatkan doa. Dengan doa itu, Allah akan senantiasa memberikan petunjuk, akan dicukupi kebutuhannya, dan akan dilindungi sehingga setan menyingkir darinya. Begitu pun ketika masuk rumah, kita dianjurkan untuk berdoa sebagaimana disebutkan dalam Alquran,
”Apabila kamu masuk rumah-rumah, maka berilah salam atas diri kamu, salam dari sisi Allah, penuh berkah lagi baik” (QS An Nur: 61) seraya mengucapkan doa, ”Dengan nama Allah kami masuk rumah dengan nama Allah kami keluar rumah, serta kepadanya aku berserah diri”.
Semoga Allah senantiasa melindungi, menyelamatkan, dan segera dapat mengambil pelajaran dari ujian musibah yang terbentang di hadapan ini.