
Ada Kabar Gembira
Anak laki-lakiku kembali berangkat merantau, kali ini berangkat menjemput berkah menaklukkan ibu kota. Sepekan kemudian ia menelepon ibunya dan mengabarkan, “Alhamdulillah Bu, aku dapat kos dekat masjid.”
Padahal ketika ia pamit, pesan tentang hal tersebut tidak tersampaikan dengan terang, tertutupi oleh pesan-pesan lain. Pesan yang banyak disampaikan mengenai menjaga pergaulan, mencari rezeki yang halal, bekerja dengan rajin, bersikap baik terhadap teman dan tidak meninggalkan ibadah, yang disampaikan secara sungguh-sungguh sebelum keberangkatannya.
Setiap orang tua memiliki harapan yang khusus pada anak-anaknya ketika pergi meninggalkan rumah untuk merantau. Sangat berbeda jika perginya untuk mondok atau kuliah, doanya sudah pasti, jelas, dan spesifik.
Kabar pertama yang disampaikan setibanya di Jakarta merupakan kalimat indah dan sangat membahagiakan, karena anak-anak dalam perantauannya menjadikan masjid sebagai tumpuannya. Masjid menjadi jaminan diperolehnya rasa aman dan mengalirnya kebaikan serta terjaganya iman.
Sering kali harapan paling besar yang diletakkan di pundak anak adalah pekerjaannya. Pekerjaan yang bergengsi, tempat yang mewah, dan penghasilan yang besar. Bukanlah kesalahan bila hal-hal tersebut yang menjadi harapan terbesar terhadap anak yang sedang merantau, hanya saja bila ananda ditimpa lemahnya iman dan jauhnya dari ketaatan dalam agama, bukankah menjadi kesedihan hidup yang lebih menyiksa?
Sebagian kita merasakan berat untuk meyakini bahwa rezeki telah dibagi, Allah SWT tidak akan pernah keliru dalam menentukan siapa memperoleh apa dalam hidupnya. Ia hanya cukup berusaha dan berikhtiar secara optimal dengan apa yang telah Allah SWT berikan padanya. Tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan terhadap jaminan hidup yang akan diterima.
Sebagian kita pula tidak sabar dengan proses yang berjalan secara bertahap, bagian demi bagian. Setiap bagian membawa tantangannya masing-masing, baik tantangan berupa kesulitan ataupun kemudahan. Betapa banyak di antara kita yang berguguran pada saat berada dalam kesulitan, tetapi tidak kalah banyaknya mereka yang terpuruk justru ketika berada dalam masa penuh kesenangan.
Senang dan susah, sedih dan bahagia, atau kekurangan dan keberlimpahan, hakikatnya sama, keduanya adalah ujian. Ujian yang harus dihadapi oleh setiap manusia dengan porsinya masing-masing. Ujian tersebut untuk memastikan bahwa iman dan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW tetap kokoh dan kuat.
Maka, lingkungan tempat anak-anak tinggal dan teman yang mengelilinginya sepanjang waktu adalah lahan dan cuaca yang menjamin, berbuah atau meranggas benih keimanan yang telah tertanam dalam hatinya.
Bila anak-anak mendekat ke masjid, seperti layaknya sekumpulan laron yang mendatangi cahaya, betapa keselamatan dan kebahagiaan akan dirasakannya, atau setidaknya kebanggaan pertama dalam perantauan karena tinggal dekat dengan masjid, adalah pesan penuh kesejukan dan kedamaian yang dikrimkan kepada orang tua.
Allahummaj’al auladii wa dzurriyatii min ahli ‘ilmi wal ibadah wat tha’ah…
Penulis: Ustaz. H. Mim Saiful Hadi, M. Pd (Sekretaris Yayasan Nurul Falah)