Gempa bumi berkekuatan 7,4 Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 15 Desember 2021. Gempa ini juga dirasakan oleh masyarakat di wilayah NTB dan Sulawesi Selatan. Bahkan, banyak bangunan di Pulau Selayar, Sulsel, mengalami kerusakan. BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami.

Sebelumnya, pada 4 Desember 2021, Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran. Erupsi ini mengakibatkan ratusan keluarga mengungsi di tempat aman. Sementara tercatat puluhan orang meninggal dunia dan beberapa orang masih dinyatakan hilang dalam musibah tersebut.

Bagi kita umat Islam, suatu musibah yang terjadi harus disikapi dengan sikap sabar dan muhasabah. Artinya, kita menerima musibah magnitudo mengguncang dengan penuh ridha dan keikhlasan serta mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.

Hal itu sejalan dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 155-157 yang berbunyi, ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Selain itu, keikhlasan juga harus disertai dengan sikap muhasabah introspeksi diri. Musibah berupa bencana alam misalnya, terjadi karena perilaku manusia yang tidak mencerminkan sebagai orang-orang yang beriman.

Musibah bisa terjadi akibat manusia merusak lingkungan, menggunduli hutan, dan perilaku sosial manusia yang mencerminkan ketidaktaatan kepada ketentuan Allah dan rasul- Nya.

Sementara itu, orang-orang yang tidak terkena musibah harus memperlihatkan sikap simpati dan empatinya. Termasuk mendoakan dan memberikan bantuan baik yang bersifat material maupun spiritual.

Bencana alam yang terus mendera bangsa ini bisa memberikan pelajaran pada kita untuk dapat mengharagai alam. Bijak dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia di alam secara optimal tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan. Yang terpenting dari itu semua, musibah atau ujian yang menimpa silih berganti itu merupakan teguran Allah agar kita mau membuka mata hati. Menginsyafi atas segala maksiat dan kezaliman yang kita lakukan kepada Allah, yang sejatinya kita menzalimi diri kita sendiri.

Beruntunglah orang-orang yang melewati segala musibah ini dengan sabar dan ikhlas
dan mengharapkan pertolongan hanya kepada Allah untuk melapangkan himpitan itu. Karena mereka akan mendapat kedudukan yang lebih mulia dan derajat terhormat di sisi-Nya. Namun, tak ada kebaikan apa-apa selain dari kerugian bagi mereka yang berputus asa mengharap pertolongan Allah dari musibah yang mendera mereka. Wallahu a’lam. (redaksi lazis nurul falah)


Kampanye Terkait

Aksi Peduli Bencana Indonesia

Mari Peduli Bersama kepada sesama Korban Bencana di Negeri Tercinta Indonesia

Donasi