Kita masih ingat ketika Polda Jawa Timur membongkar kasus industri pembuatan makanan daur ulang dari bahan cokelat di Sidoarjo. Kasus ini mencuri perhatian masyarakat karena selama ini tanpa disadari telah beredar cokelat yang sebenarnya tidak layak konsumsi.

Kasus ini bukan satu-satunya. Sebab, di beberapa daerah lain didapati kasus nyaris serupa, yakni beredarnya makanan daur ulang. Misalnya, kerupuk rambak yang bahannya sudah kadaluwarsa dan rusak. Ada pula home industry yang memproduksi bahan makanan kecil berupa jajanan tradisional yang masa edarnya sudah expired.

Tentu saja makanan-makanan daur ulang ini amat berbahaya bagi kesehatan tubuh, apalagi jika sampai dikonsumsi berkali-kali. Islam memberikan perhatian khusus terhadap persoalan makanan sehat ini. Allah SWT pun memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik (halalan thoyyiban) Allah SWT berfirman, ”Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya” (QS Al-Maidah : 88).

Dari sini kita bisa memahami bahwa Allah memerintahkan umat Islam untuk memakan makanan yang tidak cuma halal, tapi juga baik (halalan thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh kita. Bahkan, perintah ini disejajarkan dengan bertakwa kepada-Nya sebagai sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas. Perintah ini juga ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 168 yang berbunyi, ”Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Pertama kita ketahui, halal itu bukan sekadar halal makanannya, tapi juga dari sumber bagaimana mendapatkannya pun harus halal. Kalau sumbernya haram seperti korupsi, mencuri, merampok, menggusur tanah rakyat dengan harga yang rendah, maka makanan yang dimakan pun meski sebetulnya halal, tetap haram. Hal ini juga akan membuat sipemakannya disiksa di api neraka. Nabi SAW bersabda, ”Tiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih utama membakarnya” (HR Ath-Thabrani).

Sesungguhnya Allah baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik. Allah menyuruh orang mukmin sebagaimana Dia menyuruh kepada para rasul, seperti firman-Nya dalam surat Al Mukminun ayat 52: ”Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan-makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh.”

Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Baqarah 172: ”Hai orang-orang yang beriman makanlah di antara rezeki yang baik-baik.” Rasulullah juga pernah bersabda, ada seorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan wajahnya kotor penuh debu menadahkan tangannya ke langit seraya berseru, “Ya Rabbku, Ya Rabbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dia diberi makan dari yang haram pula. Jika begitu bagaimana Allah akan mengabulkan doanya?” (HR Muslim).

Sebagai contoh, semua yang berasal dari laut adalah halal untuk dimakan. Di beberapa ayat Al-Qur’an disebutkan bahwa hanya sedikit yang tidak halal. Namun, dengan perkembangan teknologi, yang sedikit itu bisa menjadi banyak karena masuk ke dalam makanan olahan secara tidak terduga sebelumnya. Beberapa larangan yang terkait dengan makanan haram tersebut adalah :

”Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tecekik, yang dipukul, yang jatuh ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya” (QS Al-Baqarah: 173).

Rinciannya, berdasarkan ayat Al-Qur’an, ada beberapa makanan yang diharamkan, yaitu bangkai, darah, babi, binatang yang disembelih selain menyebut nama Allah, dan khamr atau minuman yang memabukkan. Selain itu, dilarang memakan binatang buas yang bertaring seperti anjing, kucing, harimau, dan sebagainya.

Selain halal, makanan juga harus baik. Meski halal, jika tidak baik, hendaknya tidak kita makan. Di antara kriteria makanan yang baik adalah makanan yang bergizi tinggi, tidak mengandung zat yang membahayakan bagi kesehatan, alami, dan masih segar. Selain itu, kita disarankan untuk tidak makan secara berlebihan. Sebab, makanan sebaik apa pun, jika berlebihan, akan membawa dampak yang tidak baik bagi tubuh dan kesehatan.

Semoga di masa seperti ini di rahmati Allah dan ampunan ini dan bulan-bulan setelahnya, kita senantiasa mampu memelihara kesehatan agar dapat menjalankan ibadah dengan baik dan optimal. Salah satunya adalah memperhatikan kesehatan dan keberkahan makanan. Dengan demikian, diharapkan selaku umat Islam kita mampu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. (eko)


Kampanye Terkait

Patungan APD Untuk Rumah Sakit Rujukan COVID-19

Ayo Gotong Royong Melawan Corona Bersama Komunitas Sang Juara

Donasi