Sebagai manusia yang menjadi hamba Allah SWT, memiliki kepercayaan bahwa setelah kematian di dunia, akan ada kehidupan di akhirat. Semua umat muslim berharap, kelak mereka akan masuk kelak surga yang dipenuhi kebahagiaan.

Di surga terdapat kenikmatan yang sangat luar biasa yang didambakan umat Islam. Al-Qur’an menggambarkan keindahan surga, salah satunya di dalam surah Az-Zukhruf ayat 71.

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّنْ ذَهَبٍ وَّاَكْوَابٍۚ وَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُۚ وَاَنْتُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَۚ

Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas dan di dalamnya (surga) terdapat apa yang diingini oleh hati dan dipandang sedap oleh mata serta kamu kekal di dalamnya. (QS. Az Zukhruf ayat 71)

Ayat di atas memberikan gambaran, apapun yang kita pandangan kelak di surga terdapat keindahan. Keindahan itu membuat perasaan manusia akan senang dan ingin terus tinggal di dalamnya. Bagaimana mungkin, manusia tidak ingin berada di dalam surga.

Dalam menggapai surga, perlunya manusia untuk meraih kebaikan di dunia sebagai tiket menuju surga. Adapun dalam kitab Nashaihul ‘ibad karangan Syekh Nawawi Al-Bantani, pada maqolah ke-28 dari Hatim al-’Asham ra. Dia berkata:

“Barangsiapa berpaling dari empat hal dan beralih pada empat hal lain maka ia akan menemukan surga, yaitu: berpaling dari tidur untuk menuju kubur, berpaling dari kesombongan untuk menuju timbangan, berpaling dari pengangguran untuk menuju titian, dan berpaling dari syahwat untuk menuju surga.”

Maqolah ini memiliki arti meninggalkan empat hal dalam menghadapi empat hal lainnya, diantaranya:

Pertama, Berpaling dari tidur menuju kubur. Kalimat ini memiliki arti agar kita senantiasa bangun dari tempat tidur atau meninggalkan kenikmatan, untuk mengerjakan amal kebaikan di dunia, nantinya sebagai bekal kelak di akhirat.

Kedua, berpaling dari sifat sombong, angkuh, atau berbangga diri untuk menghadap timbangan. Selayaknya manusia meninggalkan saling mengunggulkan dan menyombongkan diri di hadapan orang lain. Hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah, semua memiliki derajat sama dimata Allah SWT. Hanya saja, manusia dibedakan dengan amal perbuatannya semasa di dunia. 

Ketiga, berpaling dari kenyamanan menuju jembatan. Maksudnya diibaratkan manusia mencoba melangkah dari arah yang buruk ke arah yang lebih baik, jembatan ini berfungsi sebagai jalan manusia. Khususnya umat Islam memiliki Al-Qur’an dan hadist sebagai jembatan dan petunjuk untuk mengamalkan kebaikan di dunia.

Keempat, berpaling dari syahwat menuju surga. Kalimat tersebut memiliki arti, syahwat yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ibadah umat Islam. Maka perlu berpaling dari syahwat untuk meningkatkan ibadah. Walaupun terasa berat, setiap langkah menuju kebaikan akan dicatat kebaikan juga oleh Allah SWT. Jadi, jangan takut melangkah untuk berbuat kebaikan.

Empat kiat menggapai surga yang sudah dipaparkan akan melekat dalam keseharian kita. Kita perlu menguatkan niat untuk beralih dari kenikmatan menumbuhkan dosa, kembali ke jalan kesulitan dan kenikmatan yang menumbuhkan pahala, hingga akhirnya kita menuju ke surga Allah SWT.

 


Kampanye Terkait

Tebar Cinta Muharram

Ukir Senyum Bahagia Anak Yatim di Bulan Muharram

Donasi