Umar bin Al-Khattab ra berkata, ”Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Mahaagung). Hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia.”

Pesan sang khalifah kedua di atas perlu kita renungi. Tak terasa kehidupan ini sudah berjalan semakin jauh. Segalanya tampak bergerak secara tiba-tiba. Tiba-tiba satu minggu, tiba-tiba satu bulan, tiba-tiba satu tahun, dan seterusnya. Kalaupun setiap hari kita mengenal dan tahu bahwa hari ini tanggal berapa, kemarin tanggal berapa, dan besok tanggal berapa, namun pada faktanya, kita terlalu banyak melupakan hal-hal mendasar dalam kehidupan ini. 

Yang dimaksud sebagai hal mendasar dalam kehidupan adalah esensi diri kita diciptakan sebagai manusia. Sedikitnya, ada dua tugas sekaligus alasan mengapa Allah menciptakan manusia. Pertama, untuk mengabdi (bersujud) kepada Allah SWT. Ini merupakan tugas vertikal (hablun minallah). ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi kepada-Ku” (QS Adz-Dzariyat: 56). 

Kedua, untuk menjadi khalifah dan memakmurkan muka bumi. Dalam Alquran surah Al Baqarah ayat 30, Allah berfirman, ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Tugas ini merupakan tugas manusia secara horizontal, yakni hablum minannas (hubungan sesama manusia) dan hablu, minal ‘alam (hubungan dengan alam dan lingkungan).

Demikianlah sejatinya esensi manusia diciptakan dan ditaruh di muka bumi. Setiap manusia sejatinya tidak boleh melupakan dua tugas tersebut agar perjalanan hidupnya tidak menyimpang. Akan tetapi, sudahkah kita menjalankan dua amanah tersebut dengan baik? Berapa banyak kita beribadah kepada Allah dalam arti hablun minallah? Berapa banyak kita beribadah kepada Allah dalam arti hablun minannas dan hablun minal ‘alam?

Ternyata tidak ada manusia yang dapat menghitung amal baiknya sendiri meski hanya satu hari. Bahkan, dengan sangat sadar kita pun harus mengakui setelah dihitung-hitung, terkadang amal baik kita tidak mampu menutupi amal buruk kita. 

Karena itulah, Umar bin Khattab ra berpesan agar manusia selalu menghisab dirinya. Sebab, hanya dengan menghisab diri sendiri nanti akan menyadari betapa zalimnya manusia terhadap dirinya sendiri. Kesadaran inilah yang nantinya akan menjadi kontrol bagi perjalanan manusia selanjutnya. 

Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Barangsiapa yang hari sekarang lebih baik daripada kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang hari sekarang lebih jelek daripada hari kemarin, maka dia terlaknat.” Kendatipun hadis di atas masih menjadi kontroversi tentang kesahihannya, hadis tersebut –dengan segala pesan baiknya– patut direnungi, apakah diri kita termasuk orang yang beruntung, merugi, atau justru terlaknat?

Setiap orang tentu menginginkan keberuntungan. Mencapai hal tersebut memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Salah satu cara yang paling penting adalah selalu mengevaluasi (menghisab) capaian diri kita. Hanya dengan selalu mengevaluasi kemudian memperbaiki diri, manusia akan dapat meraih keberuntungan atau setidaknya tidak rugi. 

Di awal tahun ini merupakan momen yang sangat penting untuk mengevaluasi diri kita masing-masing. Sudah berapa banyak amal buruk yang telah kita lakukan selama dua belas bulan. Mau tidak mau, hidup ini akan terus berjalan. Umur kita akan semakin tua. Artinya, ajal kita pun semakin dekat dan kelak kita harus mempertanggungjawabkan semua amal kita di hadapan Allah SWT.

Dalam surah Az-Zalzalah ayat 7—8 Allah menegaskan kepada kita, ”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun niscaya dia akan melihat balasannya pula.” 

Tidak ada cara lain bagi setiap manusia untuk mencapai keberuntungan kecuali bergegas packing dan hijrah sebelum benar-benar menjadi makhluk terlaknat. Desember bukan bulan yang istimewa. Ia sama dengan bulan-bulan yang lain. Akan tetapi, jika Januari dimanfaatkan untuk merenungi diri sendiri dan segera menyusun strategi untuk memperbaiki diri agar tahun mendatang hidup kita menjadi lebih baik, tentu itu jauh lebih bermanfaat. Bagi orang yang mau menghisab dirinya, awal tahun bukanlah bulan yang selalu diisi dengan bersenang-senang, melainkan justru menjadi bulan kesadaran akan amal-amal yang telah kita lakukan.

Selain itu, sebagaimana yang juga telah dipesankan oleh Nabi Muhammad SAW, ”Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan- angan kepada Allah” (HR Imam At-Tirmidzi).


Kampanye Terkait

Bantu Tuntaskan Pesantren Tahfidz Leader Lantai 3

Usiamu boleh Berakhir, Pahala Terus Mengalir. Ayo Bantu wujudkan mimpi para mahasiswa hafal Al Qur'an dan menjadi pemimpin masa depan.

Donasi