
Belajar Dari Kisah Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim a.s lahir pada tahun 2295 SM di negeri Mausul, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang menyembah berhala-berhala yang terbuat dari kayu dan batu. Ayah beliau bernama Azar, seorang seniman yang ahli membuat patung.
Nabi Ibrahim a.s masih keturunan dari Sam bin Nuh a.s. Masa itu, negeri Mausul berada dalam kekuasaan Raja Namrud yang memiliki sifat angkuh dan sombong, hingga mengaku sebagai Tuhan.
Pada masa kecil, Nabi Ibrahim a.s memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dia selalu bertanya-tanya tentang apa yang belum diketahui sebelumnya, salah satunya patung yang disembah kaumnya tidak mendapatkan manfaat atau mudharat. Sekaligus tidak percaya bahwa Raja Namrud merupakan Tuhan.
Setelah itu banyak ujian yang dialami oleh Nabi Ibrahim saat ingin mencari kebenaran dari semua yang terjadi di negerinya.
Ujian Nabi Ibrahim a.s
Saat mencoba mencari Tuhan yang sebenar-benarnya dan membuktikan bahwa apa yang diyakini kaumnya selama ini salah. Nabi Ibrahim a.s menghancurkan patung-patung kecil dan hanya menyisakan patung besar, alat untuk menghancurkan ditaruh di patung tersebut.
Masyarakat saat itu mengamuk dan mengikat nabi ibrahim, setelah itu dibakar hidup-hidup. Namun, pertolongan Allah SWT membuat api itu tidak panas dan tidak membakar Nabi Ibrahim a.s.
Tidak hanya itu, ujian yang dirasakan oleh Nabi Ibrahim a.s saat sudah memasuki usia tua ingin memiliki keturunan, lahirlah Ismail. Namun, selang waktu Allah SWt memerintahkan Nabi Ibrahim a.s untuk mengorbankan anaknya, Dengan ketaatan penuh, Nabi Ibrahim melakukan hal itu dan Ismail menerima apa yang diperintahkan atas dasar kesabaran dan ketaatan.
Ketika nabi Ibrahim a.s hendak menyembelih Ismail, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba yang disembelih sebagai kurban . Allah SWT pun memuji keikhlasan dan ketaatan nabi Ibrahim a.s dan Ismail, dan memberikan beliau seorang anak laki-laki lagi dari istrinya Sarah, yang bernama Ishaq.
Disinilah kita belajar mengenai keyakinan dan ketaatan dari Nabi Ibrahim a.s. Sesungguhnya mulai dari hal yang kecil kita melaksanakan perintah-Nya, memperkuat ibadah wajib dan menambah dengan ibadah sunnah.
Hikmah Kisah Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim dikenal sebagai "Bapak Bangsa" dalam tradisi agama Islam. Dia dianggap sebagai tokoh yang sangat penting dalam sejarah agama Islam karena merupakan salah satu dari lima nabi utama (Nabi Ulul Azmi) dan juga nenek moyang yang dihormati dari banyak bangsa. Ibrahim juga dianggap sebagai contoh utama iman dan kepatuhan kepada Allah SWT dalam Al-Qur’an.
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًاۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “Dan (jadikanlah imam) juga dari keturunanku”. Allah berfirman: “Perjanjian-Ku tidak akan sampai kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah: 124)
Ayat ini menjelaskan tentang bagaimana ketaatan Nabi Ibrahim yang menjalankan segala perintah dari Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Supaya menjaga kita dari keburukan dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Lahirnya ketataan juga buah dari kecintaan kepada Allah SWT. Melalui cinta, seorang manusia akan rela untuk memperjuangkan cintanya hingga dapat. Cinta kepada Allah SWT, seseorang akan memperlihatkan cintanya melalui akhlak, ibadah, dan keilmuan agama. Semoga di dalam hati kita terdapat iman dan ketaatan seperti Nabi Ibrahim a.s.